Thursday, July 08, 2004

blues avril lavigne

Apa yang kaurasakan tentang cinta? Apa yang membuatmu gila dan meriang setiap waktu sehingga orang-orang di sekitarmu berpikiran harus membawamu ke asilum atau rumah sakit jiwa?

Apa yang membuatmu jatuh cinta? Tentang fisikkah? Aku lebih pada apa yang disebut kerekatan batin. Ketika aku bercakap-cakap, ketika aku dapat tertawa sejujurnya, atau menangis setololnya. Itu yang membuatku kadang lama untuk bilang "hey say, aku suka kamu..., kita pacaran yuk!!!" Jujur saja, untuk itu, aku butuh waktu. Aku ini termasuk tolol dan penakut dalam hal bermain api.

Dan itu yang kualami ketika aku mencintai Avril Lavigne. Aku butuh waktu berbulan-bulan untuk meyakinkan diriku dan otakku bahwa aku menyukainya.

Oho..., Avril Lavigne!!! Sungguhkah? Si Kanada itu?

Tolol sekali bila kau mengunyah nama itu secara harafiah, Kawan. Bahkan kadang aku kerap pula menyebutnya si Jennifer Love-Hewitt. Jujur saja, di mata dunia, perempuanku itu mungkin tidak secantik dan semenarik Avril atau si Hewitt itu. Tapi bagiku, yea, yea.., cantiklah dia bagiku. Karena kecantikkan yang aku lihat darinya bukanlah apa yang menempel pada tulang-tulangnya. Aku lebih menyukainya karena dia bisa membuatku tertawa sejujurnya dan menangis setololnya. Dan sialnya.., dia bisa pula bikin aku memimpikannya selama beberapa hari berturut-turut. Sial!!!

Dan aku telah menyusun angan-angan pula, bahwa aku akan bertemu dengan Avril di stasiun Kebon Kawung, atau mungkin di terminal Leuwipanjang (hei, sekali lagi.., mungkinkah Avril yang sebenarnya mau menemuiku di tempat semacam itu?). Tapi sepertinya aku harus mengubur angan-angan itu dalam kotak pesawat mainanku. Avril takkan akan datang bulan ini. Dia pun akan enyah ke tempat yang entah selama sebulan atau lebih.

Kacau rasanya mendengar berita itu. Dari mulutnya sendiri pula. Jadi, mau tak mau, aku harus mempercayainya. Kalau dari orang lainn, bolehlah aku menyangsikannya. Mungkin itu adalah berita bohong untuk mengecohku. Tapi ini dari mulutnya sendiri. Dari tangannya sendiri. Sial, aku harus mempercayainya. Mau tak mau. Sekali lagi, SIAL!!!

Padahal aku telah merancang angan-angan juga untuk melemparkan kata-kata di depan mukanya betapa aku menyukainya. Betapa aku ingin, seperti seorang anak kecil, dipeluk dan memeluknya karena itu membuat aku berarti. Tapi sepertinya kata-kata itu harus kembali kusimpan di botol kopiku. Sampai waktu yang entah. Tak tertentukan.

Yea, yea... Selamat jalanlah, itu mungkin yang bisa kuucapkan saat itu. Sebenarnya aku ingin mengatakan lebih daripada itu. Tapi entah mengapa, kata-kata yang lain itu tercekat di tenggorokkan. Seperti ejakulasi yang tertunda. Seperti waktu-waktu selama ini yang selalu saja gagal kukatakan kepadanya. Kata-kata itu kembali lesi di dadaku. Entah sampai kapan. Mungkin akan kucampur saja nanti dalam segelas kopi, biar dia jadi racun kembali di otakku yang insomnia ini.


/jatinangor, (tanggal berapa ini, aku lupa, karena aku memang tak ingin peduli)


(ditulis dalam suasana hati yang lagi kacaw dan suasana perut yang keroncongan)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home