Sajak Kembali
aku kembali pulang kepadamu
daun daun cemara itu selalu mengetuk mimpiku
selalu mengambangkan suaramu
yang selalu memanggilku rintih
: pulanglah, pulanglah.
aku kembali padamu
dengan jaket kumuh dan ransel penuh
sarat dengan cerita rantau
berbuntal buntal kesakitan
berkantung kantung debu yang kukumpulkan
sebagai pengikat rindu menginjak bumi selalu
aku kembali kepadamu
kepada rumah batu yang kini kian mengusam
kepadamu yang kian renta, duduk terayun ayun
di kursi goyang menembak langit dengan pandangan entah
aku kembali padamu
dan berdiri di keriakan rumput rumput liar depan rumahmu
aku berdiri. memandangmu sunyi
masihkah kau teringat aku?
bukankah dulu kita pernah mengikat janji
di pinggir kali saat burung burung rindu sarang
dan kita rindu masa depan
tapi masa depan cuma sekubangan lumpur bagi babi
dan babi lebih terhormat daripada
manusia manusia terempas
: kata kitab suci, anak yang terhilang itu
bahkan tak layak makan dedak dari palungan babi.
dan aku masih berdiri menatapmu
sendu. aku rindu. kau?
tapi matamu terus menusuk cakrawala dengan tikaman yang entah
tak hirau aku berdiri di sini, di antara keriap capung capung merah
yang menyumpahi kutu di kepalaku
kupikir mungkin benar.
kersau cemara yang menyanyikan rindu itu
cuma ilusiku semata
kau menikmati rumah batu yang kian kusam dan dingin
rumah yang dulu kubangun dengan batu dari cinta terjanji
yang membara
sementara aku?
aku berdiri di sini menatapmu dari balik selinapan angin
aku berdiri. menatapmu. memapah tubuh yang berbayang.
-- di tivi kulihat dorama jepang sepasang kekasih saling berpelukkan di tepi jalan layang
/jatinangor, 13 april 2004
0 Comments:
Post a Comment
<< Home