Friday, November 15, 2002

TAKDIR

Suatu hari aku berpikir tentang takdir. Mengapa kadang orang sering berkata ketika ia mengalami "nasib jelek", dengan pasrahnya, ia akan berkata: "Memang ini sudah takdirku."

Takdir. Apakah takdir? Bukankah takdir hanya disiapkan Tuhan, dalam kehidupan manusia, hanya sebagai ujung-ujung dari yang bernama kehidupan? Bukankah takdir adalah semata-mata adalah awal, yaitu kelahiran, dan akhir, yaitu kematian. Dan selebihnya, ruang antara lahir dan mati itu, adalah kita sendiri yang bertanggung jawab untuk mengisi dengan apa yang dapat kita kerjakan. Sepenuhnya.

Takdir. Menurut pengertian yang aku dapat dari perkataan-perkataan yang sering menyandangnya adalah sesuatu yang tak dapat diubah. Bila demikian, benarlah pendapatku bahwa lahir dan mati adalah takdir. Tak ada yang dapat menentukan kapan aku harus lahir, pada rahim siapa yang aku kehendaki, kelamin apa yang akan kusandang, dan kapan aku mati, pada usia berapa, dalam kondisi apa. Semua adalah hak Tuhan. Namun bila mengatakan bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan kita, akibat apa yang kita pilih, putuskan dan lakukan, adalah takdir, sebenar-benarnya itu adalah penegasian atas keputusan bebas manusia untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.

Kita telah menjadi "mesin-mesin" Tuhan bila kita memang berjalan tanpa ada kesempatan bebas untukj memilih. Apakah hal yang demikian yang dikehendaki Tuhan?

Aku pikir tidak. Mengapa Ia beri manusia otak, naluri, dan kemampuan berpikir bila akhirnya manusia adalah mesin yang pasif?

Sebenar-benarnya, penyataan takdir seperti yang di maksud orang-orang itu adalah suatu penghinaan terhadap keasasian seorang manusia dan juga penghinaan terhadap kesempurnaan dan kebaikan Tuhan dalam mencipta.

Apa yang dapat dikata sekarang?

Takdir atau destiny adalah apa yang kita tentukan sendiri dalam hidup kita. Jadilah apa yang kau mau jadi. Lakukan apa yang ingin kaulakukan. Semuanya! Dengan tanggung jawab penuh. Sebab adalah memang kewajiban manusia, seperti kata Sartre, untuk memilih apa yang hendak ia lakukan. Esensi manusia adalah dirinya sendiri, kebebasannya sendiri. Dan adalah kewajiban manusia juga untuk bertanggung jawab atas segala pilihan bebasnya. Berani berbuat..., ya berani bertanggungjawab dong..... Jangan cuma bisanya nyalahin Tuhan aja......


0 Comments:

Post a Comment

<< Home