Friday, November 26, 2004

Alfred Nobel dan Sastra

Siapa yang nggak kenal sama Alfred Nobel? Si penemu dinamit ini konon pernah menyesal saat mengetahui penemuannya itu disalahgunakan dalam peperangan. Padahal, penemuan itu sebenarnya dipatenkan untuk kepentingan proyek konstruksi seperti untuk membobol gunung batu demi pembuatan terowongan, jalan atau kanal. Nobel tidak pernah memimpikan penemuannya itu digunakan untuk menghancurkan peradaban manusia.

Didasarkan rasa penyesalannya itulah, maka Nobel mewariskan kekayaannya dari royalti paten dinamit itu untuk disumbangkan sebagai penghargaan atas usaha-usaha yang memajukan kesejahteraan manusia dan perdamaian. Dalam wasiatnya, disebutkan beberapa cabang ilmu seperti ekonomi, kedokteran, fisika dan kimia sebagai golongan yang patut mendapat penghargaan tersebut. Ini bisa dimaklumi, sebab Nobel sendiri memang seorang ilmuwan, khususnya dalam bidang kimia. Begitupun juga terdapat kategori perdamaian yang dimasukkan ke dalam kelompok yang layak menerima penghargaan itu sebagai bentuk keprihatinan Nobel terhadap perang. Tapi, sastra?! Kenapa pula ia bisa masuk ke dalam kelompok penerima penghargaan Nobel itu?

Bisa jadi ini mungkin karena alasan pribadi. Alfred Nobel, sejak masa mudanya, ternyata adalah seorang penikmat sastra, khususnya sastra Inggris dan puisi. Tetapi sang ayah, Immanuel, tidak senang dengan hobinya tersebut dan menganggap meminati sastra merupakan suatu kegemaran yang aneh. Karena tidak ingin melihat anaknya terlalu tenggelam dalam sastra dan puisi, maka sang ayah pun mengirim anaknya ke berbagai negeri untuk mempelajari kimia dan berharap si anak akan mengikuti jejaknya di bidang industri. Kelak memang Alfred Nobel akhirnya menjadi seorang ahli kimia yang mashyur. Namun itu tidak melunturkan minatnya terhadap sastra. Dan ketika ia menulis wasiat itu, sastra termasuk dalam kelompok yang disebutkan untuk menerima penghargaan darinya tersebut.


2 Comments:

At 10:28 PM, Blogger imponk said...

dalam kehidupan china kuno, orang berpendidikan selalu dihubungkan dengan pengetahuan tentang sastra, bener gak?

 
At 11:22 PM, Blogger Firdaus Siagian said...

Kayaknya nggak cuman di Cina Mponk, ,tapi juga di sluruh kebudayaan, sastra itu dianggap sebagai indikator peradaban. Ya di Cina, Arab, Yahudi, Jawa, Inggeris, dsb lah ...

 

Post a Comment

<< Home