Monday, August 19, 2002

CATATAN SENIN, 19 AGUSTUS 2002



Pusing .... Hari-hari belakangan ini aku jadi suka begadang... dan hidupku udah jadi kayak kalong gitu. Malam bekerja dan siang ngorok. Brrreeeweehhh!!!! Alhasil, kalo siang itu gue nggak bisa beraktivitas. Pun kalo dipaksa, bawaannya itu mualesss banget ....

Hari ini kegiatan gue sebenernya nggak terlalu gitu banyak berarti.. Bangun, makan, bikin blog, udah ...nanti paling langsung pulang lalu bengong ... hee..he..




Saturday, August 17, 2002

HUMOR DAUS


Beberapa humor ini adalah salah satu artikel--bisa nggak, sih dibilang kayak gitu?--saya yang dimuat di Harian Koran Tempo beberapa waktu lalu. Selamat membaca.. dan jangan tertawa keras-keras, nanti disangka orang gila, lagi!


Tengkorak Manusia

Seorang pedagang suvenir di Timur Tegah menawarkan tengkorak kepada seorang turis. "Tuan, tengkorak Nabi Musa ini saya jamin asli. Harganya hanya 20 ribu real."
"Mahal amat?"
"Bagaimana kalau yang ini, Tuan?" kata si pedagang sambil mengeluarkan tengkorak yang lebih kecil.
"Apa ini?"
"Ini adalah tengkorak Nabi Musa waktu masih kanak-kanak. Harganya jauh lebih murah, cuma dua ribu real saja. Ini juga asli lho!"


Berita Baik dan Berita Buruk

Seorang dokter berkata kepada pasiennya, "Saya mempunyai berita baik dan buruk."
"Apa berita buruknya?"
"Hidup Anda tinggal beberapa hari saja."
"Lalu berita baiknya?" tanya si pasien lemas.
"Anda lihat perawat yang berdiri di sana?" tanya sang dokter sambil menunjuk ke arah seorang perawat.
"Ya. Lalu?" tanya si pasien dengan heran.
"Malam ini saya akan berkencan dengan dia."


Dikejar Orang Gila

Seorang dokter di rumah sakit jiwa tengah dikejar-kejar oleh salah seorang pasiennya yang membawa batu sekepalan tangan. Tentu saja dokter ini sangat ketakutan.
Karena lelah dan sudah terpojok di sebuat sudut ruangan, akhirnya dokter itu pasrah dengan wajah pucat. Apalagi ketika orang gila itu menghampirinya sambil mengayun-ayunkan batu yang ada di tangannya itu. Ketika sampai di hadapan dokter, si pasien itu berteriak dengan keras, "Nah, tertangkap!"
Dokter itu makin ketakutan. "Sekarang giliran dokter yag mengejar saya," kata si pasien sembari lari terbirit-birit setelah memberikan batu di tangannya tadi kepada sang dokter.


Restoran Mukjizat

Seorang pengusaha bermaksud merenovasi rumah makan bistiknya yang selama ini sepi pengunjung. Dia juga ingin mengganti nama restorannya itu. Setelah lelah mencari konsultan ke sana ke mari, seorang rohaniawan mengusulkan agar ia memberi nama "Restoran Mukjizat".
"Apa alasan Anda mengusulkan nama itu?" tanya si pengusaha tertarik.
"Sebab bistik yang lezat merupakan suatu mukjizat di restoran Anda."

Harian Koran Tempo, Minggu, 16 Juni 2002




Saturday, August 10, 2002

HITAM DAN PUTIH


Pernah nggak kamu berpikir tentang mana warna yang pertama kali ada di bumi ini? Tentang warng yang paling abadi--ultimate forever? Saya pernah tergoda berpikir. Dan saya masih diliputi kebingungan diantara dua pilihan: hitamkah atau putihkah? Kedua-duanya menurut saya punya argumen sendiri-sendiri.

Hitam melambangkan kedalaman, sedangkan putih melambangkan keluasan. Hitam mengandung misteri sedang putih membuka suatu transparansi--keterbukaan. Namun tetap keduanya mengandung sesuatu yang tak dapat tergambarkan. Hitam mengesankan betapa pemikiran tak dapat diselami sampai dasarnya, sedang putih sendiri mengesankan betapa pemikiran adalah suatu perjalanan yang tak berujung.

Manakah yang lebih dulu ada di alam ini antara hitam dan putih? Menurut kitab suci, sebelum dunia ini ada, yang bereksistensi adalah kegelapan--yang berarti hitam, bukan? Tapi tentu sebelum dari sebelum itu sendiri, adalah Tuhan yang telah bereksistensi dari waktu tiada hingga ada hingga nanti waktu tiada lagi. Apakah warna Tuhan itu? Hitamkah? Putihkah? Tak berwarna? Apakah warna dari tak-berwarna itu sendiri? Jika memang ada warna yang bernama tak-berwarna, maka itu adalah yang pasti abadi. Tapi apakah ia?

Pusing? Sama...., saya juga pusing......

Pingin kasih komentar? klik aja Shout Out di bawah ini, OK?!!




Monday, August 05, 2002

SAJAK CHAIRIL ANWAR



Siapa sih yang nggak kenal sama nama ini? Dari kita SD kita udah diajarain tentang dia dan sajak-sajaknya, bener kan? eh, tau nggak sih, katanya Sobron Aidit--itu lho, adiknya D.N. Aidit-- yang dulu waktu masih sekitar SMP-an ngontrak bareng Chairil Anwar, ternyata Chairil Anwar itu penuh dengan keisengan dan kejahilan lho. Bahkan ia tuh sering 'nyuri kecil-kecil' (begitu Chairil Anwar menyebutnya) alias klepto! O my gosh?! Bahkan jas pamannya aja--yang konon, kata Sobron lagi, adalah seorang pejabat negara besar waktu itu, saya lupa menteri atau perdana menteri, gitu ...-- diembat, man! Gila nggak tuh?

Udah ah ngegosipin Chairil Anwarnya, nah, di bawah ini ada beberapa sajak-sajaknya yang saya kutip dari Cyber Sastra. Selamat menghayati ....


AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943


[catatan daus: ini adalah satu puisinya yang paling terkenal itu, selalu berkonotasi dengan Chairil]


PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943



HAMPA
kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.



DOA
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943



SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...





SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946



CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946



MALAM DI PEGUNUNGAN

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

1947



YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

1949

[catatan daus: kalo nggak salah inilah sajak terakhirnya Chairil sebelum ia meninggal karena sakit]

DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949




SAJAK SAPARDI DJOKO DAMONO



Di bawah Ini adalah beberapa sajak Sapardi Djoko Damono, salah satu penyair Indonesia terdepan saat ini yang juga adalah pengajar di Fasa UI (dulu sempat jadi dekannya), yang saya kutip dari Cyber Sastra.


TENTANG MATAHARI

Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu.


BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan



KAMI BERTIGA

dalam kamar ini kami bertiga:
aku, pisau dan kata --
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata



AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



MATA PISAU

mata pisau itu tak berkejap menatapmu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu



Dikutip dari Cyber Sastra




SAJAK DOROTHEA ROSA HERLIANY


Kali ini saya ingin memasukkan sajak-sajak karya Dorothea Rosa Herliany, yang disebut Sutardji Calzoum Bachri dalam Rubrik Bentara Kompas beberapa waktu lalu sebagai 'chairil-anwar-perempuan-masa-kini'. Karyanya memang 'provokatif', dan itulah mengapa saya ingin memasukkannya dalam Ruang Baca | Reading Chamber saya, agar para visitor situs saya juga dapat menikmatinya, atau kalau nggak, ya setidak-tidaknya sebagai dokumentasi buat saya sendiri.

Selamat Menikmati! (Ih, kayak apa aja gitu?!)



sajak-sajak dorothea rosa herliany

NUMPANG PERAHU NUH

aku selalu tidur diatas perahu nuh.
melambung dalam riak katakata dan legenda.
kebahagiaan ada di pucuk mimpi.

sendiri di antara benihbenih. menghitung waktu
dan hari depan diantara derita dan bencana.
aku meletakkan tubuh diatas geladak. menitipkan
keselamatan dan harapan.

jika sempat kubuat, kubakar peta dengan kebencian
yang tanpa sebab. kupilih harapan dalam mimi gugur
daun zaitun.


NEGERI BENCANA

alangkah giris lagu hujan. musim yang
terlalu cepat menyeberangi tanahtanah
pecah dan padang tandus. kunikmati
kehangatan rindu yang berhamburan
bersama uaphujan.

tapi tak bisa kurasakan tanah bencana.
mangkukmangkuk bubur diaduk debu. dan
burung bangkai yang tak sabar menunggu.

tapi tak bisa kurasakan tubuh yang
gemetar. tulangtulang gemerutuk dan
pasirpasir yang tibatiba berdarah.

dengarlah angin : ia tak lagi menerbangkan
debudebu. tapi bau daging saudaramu.


IBADAH SEPARUH HATI

kuletakkan hatiku pada meja perjamuan.
telah sepanjang usia aku merendamnya dalam
darah. jiwa yang mengaliri doadoaku
saban hari.

makin lama aku makin tahu
tuhan cuma memberiku matahari terbit
dan terbenam.

jadi, biarlah kuletakkan hatiku
pada cawan. hidup dan matiku ada dalam jari
yang memainmainkan garpu: menciptakan
musik aneh dalam setiap aminku !


PUISI TAK SELESAI

betapa abadi tangisan yang disimpan awan
antara laut dan matahari.

aku menunggu di sawahsawah, bersama
suara katak dan serangga bernyanyi.

kutulis puisi dengan airmata petani
yang menanti musim panen,
dan janji musim.

tibatiba kaujadikan ayatayat
: yang kubaca di gereja
dan kusebar di jalan raya.

aku masih mencari kebenaran
sebuah puisi yang tak pernah jadi.


TARIAN RUMPUT

siapa bernyanyi mengubur sunyi
diantara angin gunung
dan lembahlembah.

tarian rumput menggetarkan padang.
bungabunga terbang disayapsayap
burung.

aku sendirian disemaksemak
: mendirikan ibadah dalam ayat
dan katakata.


Perempuan Berdosa

perempuan itu memikul dosa sendirian, seringan jeritannya
yang rahasia: berlari di antara sekelebatan rusa yang diburu
segerombolan serigala.
kautulis igaunya yang hitam, mengendap di bayang dinding
tak memantulkan cahaya.

perempuan itu melukis dosa yang tak terjemahkan
ia tulis rahasia puisi yang perih dendam dalam gesekan rebab.
lalu ia hentakkan tumit penari indian yang gelap dan mistis.

segerombolan lelaki melata di atas perutnya.
mengukur berapa leleh keringat pendakian itu.
sebelum mereka mengepalkan tinjunya
ke langit. dan membusungkan dadanya yang kosong:
mulutnya yang busuk menumpahkan ribuan belatung dan ulatulat.

perempuan itu membangun surga dalam genangan air mata.
menciptakan sungai sejarah: sepanjang abad!

Februari, 2000



Tembang di Atas Perahu
seperti di atas perahu kecil sendirian
aku terombangambing ombak kecil dalam tubuhku
jika aku terlelap, kumimpikan pangeran dengan jubah berderai
dan rambut mengurai beribu kalimat dengusnya yang dusta.
kulihat pancuran dari pedangnya yang panjang dan gagah.
kutiup terompet gairahku dalam tetembangan dari tanah jauh.
alangkah ngelangut. alangkah deras rindu tanpa alamat.
alangkah sunyi dan palsu impian.

seperti di atas perahu kecil sendirian
aku terjaga. tak teratur napasku. mencari beribu nama
dan alamat. dalam berjuta situs dan bermiliar virus. berbaris
cerita cabul pesanpesan asmara yang memualkan.

aku sendirian, seperti lukisan perempuan di depan jendela
: memandang laut biru di batas langit. sambil membendung
badai dan ombak yang mengikis karangkarang.

Februari, 2000



Telegram Gelap Persetubuhan

kukirim telegram cinta, untuk sesuatu yang deras, mengalir ke ubun,
yang ganjil, yang kucari dalam ledakanledakan. yang kutemukan
dalam kekecewaan demi kekecewaan.

kukirim beratus teriakan kecil dalam gelombang tak berpintu.
membenturbentur dinding dan kesangsian. kuberikan berdesimal
ciuman bimbang. sampai hangat membakar dari mata terpejamku.

kukirim sebaris telegram cinta: lewat lelehan keringat dan
dengus nafas liarku. yang menyisakan sebaris kalimat bisu
dalam gelembung racun kebencian.
dan setelah itu kutulis cerita cabul yang memualkan,
tentang seekor kelinci lemah berbaju gumpalan daging
dalam sederet langkah "the man with the golden gun."
kukirim ke alamat persetubuhan paling dungu.

mengapa kaukutuk kesenangan kecil ini. sambil kausembunyikan
lolongan anjing dan ringkik kuda sembrani dalam berhalaman kitab
atau berbaris grafiti di dinding luar menara.

diamlah dalam kelangkangku, lelaki.
sebelum kaukutuk sebagian fragmen dalam cermin bekumu,
sebelum aku menjadi pemburu sejati: untuk membidikkan panah
yang kurendam racun beratus ular berbisa.
dan kibas jariku melemparkan bangkaimu
ke lubuk senyum nikmatku paling dungu.

Februari, 2000


N.B.

seperti kalau kita berjalan di pusat perbelanjaan,
di pinggirpinggir toko dan kaki lima
segalanya menggoda kita untuk melihat: dengan nyata!
hanya lemari kaca dan etalase, kalau saja kita
bukanlah sekelompok orang renta dan tua dengan mata rabun
atau si buta dengan tongkatnya.
segalanya begitu nyata!
atau kalau saja kita bukan bayi yang berjalan merangkak
atau anakanak usia bermain yang hanya tergoda kegembiraan.

apa yang tak terlihat?
bahkan suara orangorang gelisah sepanjang jalan
dan rengekan pengemis yang lapar.
lagulagu sumbang pengamen, atau bahkan, kalau bisa bersuara,
bisikan sedih sesuatu yang dijajakan itu...

tetapi kita tidak melihat apapun. seperti kalau kita berjalan
di ruangruang tanpa cahaya. bahkan ledakan bom dan
tembakan meriam tak bisa kita dengarkan.

Jakarta, 1999



Sebuah Radio Kumatikan

--fragmen ke-25

malam sudah amat jauh, tapi siapa yang masih sibuk
bercakap tentang waktu. aku diam saja. telingaku membatu
--masih terus kau bercakap tentang segala sesuatu itu.


di luar sana gonggongan anjinganjing liar. mungkin
segerombolan hantu dan ketakutan. atau kebencian merambat
lewat gorden, dan mengintipmu

jadi, kau mendengar apa saja. kau melihat apa saja.
mengapa meringkuk dalam selimut kecemasan itu?



IBADAH SEMAK SEMAK

kukubur harapan yang koyak,dalam badai
kensunyian batinku. pada sebuah bukit semaksemak
merimbun. di seberang sungai: ilalang liar dan
gubuk tanpa penghuni.

aku tafakur: mengeja katakata yang meluncur,
dalam doa tak jumpa amin.

kubuka kitab: kalimat dan bahasa tak bisa dibaca.
kukubur imanku dalam ibadah senyap, berlembarlembar
madah digumamkan.

aku ziarah, menatap tubuhku sendiri,
yang bekku dicekam sunyi.



YANG KUGENGGAM

yang kugenggam ini
mungkin bayangbayangku
sendiri: menggeliat
waktu kuberi nafas.
dan menatap,
waktu kutetesi darah luka.

ketika ia bangkit,
cepatcepat kutikam
dengan tombak.
tidur abadinya akan lebih
sempurna
menyimpan luka dunia.


BUNGA YANG TUMBUH DALAM DARAH
bunga yang tumbuh dalam darah,adalah
keringat yang kita tanam bertahuntahun,
dari dendam dan kebencian.

warnawarna elok dan harum yang menayang.
mabuk kumbang mabuk kupukupu.

kegelapan sembunyi didalam taman. kehidupan
mengalir meski nadi tersumbat. tapi lihatlah
ulatulat itu, menepi pada kelopak, jatuh
di daun, dan merampas seluruh kehidupan.

tak sempat jadi kepompong.
tak sempat jadi kupukupu.



LUKISAN WAKTU

pintu itu sudah setua hidupku. sejarah dan waktu
berlintasan dalam geritnya. hingga tak perlu kauketuk
setiap kali akan memasukinya. cuma, bertanyalah
sebab apa ia kemudian terkunci ketika sampai waktu
kereta
menjemputmu. kerinduan anakanak di luar,
mengaburkan
kesunyian yang gaib. menggetarkan seribu bahasa
diamnya.

bahasa apakah harus kuucapkan dalam syairsyairku,
sebab kebisuan tumbuh di keningku. kegaduhan batinku
telah mengaliri suarasuara keriuhan anakanak itu.
tapi tak juga nganga pintu itu. sedang waktu dan usia
telah berlepasan dari hidupku. tak juga nganga.



NIKAH DANAU

dari mata air itu kubasuh cermin di wajahmu.
kulihat wajah entahsiapa: dan aku pangling gambar
sendiri. waktu cuaca terbentang bagai layar
yang terkoyak-koyak.telah kau hitung,berapa
panjang usia.

mata air itu menciptakan danau. makin sulit kukenal
gambargambar asing. kerbau dan segala ternak berdebur.
melupakan matahari. melupakan kemarau yang
mengintip
ilalalng kerontang di padang.

pada buku harian aku mencatat: para petani
memeras keringat dan airmata. dengan sekujur
ibadahnya.


TANAH AIRKU

kurindukan kepompong. pertapaan sekian
abad menunjam tanah tak subur bagi taman
bunga bangkai. kurindukan daun. ulatulat
memangkasnya. kupukupu tak terbang karena tanggal
sayapsayapnya. kurindukan kepompong.

tanah airku lumpur dan bebatuan. padang
amat luas. cakrawala dan alangalang. tak ada
rumah buat ulatulat dan kupukupu. tapi selembar
hatiku
masih basah. masih kuat aku mengalirkan darah.

tanahairku lumpur dan bebatuan. tanah airku
lumutlumut dan selembar hati. bertapalah !


NYANYIAN KEHILANGAN

sebab gorden terbuka.
dan wajahmu mengabur
dalam hujan
di kaca jendela.
dalam usia yang merambat
pada kalender: abadabad tua
yang terlepas ke lantai.

(dan lukisan itu
kembali menempel pada dinding.
membiaskan batu tanah
yang menyingkir dari dekap
hujan)

masih kucium amis nafasmu.
memburamkan kaca
pada pigura itu. dan
wajahwajah di dalamnya
: mengabut. fana !

dikutip dari situs Cyber Sastra

Thursday, August 01, 2002

25 Secrets of Endless Love


1. We remember the moments in life, not the days.
2. Face-to-face conversations don't work by phone.
3. Gifts are not a substitute for caring.
4. People are not yo-yos. Drop them, and they may not return.
5. When kids are ready to talk, be ready to listen.
6. An ounce of love outweighs a pound of promises.
7. You can prepare your children for life, but you can't live it for them.
8. Uncles and aunts are the parents who didn't give birth to you.
9. A strong marriage is the union of two staunch individualists.
10. Turning your back and walking away ends more than just a conversation.
11. Marrying for money is a high price to pay.
12. Yell at your children and get the same in return.
13. If you take things for granted, you won't have them for very long.
14. Caring should be demonstrated 365 days a year, not just on holidays.
15. A well-fed child can still be starved for affection.
16. The most important things a child can inherit are fond memories.
17. Sharing an hour of memories with an elder is often better than a week's
worth of medicine.
18. The two greatest time savers are saying, "I don't know" and "I was
wrong."
19. Watch your children grow, and they will teach you what you've taught
them.
20. Never go to bed before settling an argument.
21. There's a difference between nurturing your children and smothering
them.
22. Relationships are built on the little things.
23. If we give our children everything, we deprive them of aspirations.
24. Celebrate holidays as a family.
25. Never stop courting your spouse.

quoted from Youth House e-groups.