Saturday, July 31, 2004



[pentingnya kejujuran sebelum menikah]
Say, Punyaku Seperti Bayi ...



Menjelang hari pernikahan, sepasang kekasih terlihat sedang dalam terlibat dalam pembicaraan serius.

"Mas, aku mau jujur padamu sebelum kita menikah. Payudaraku ini sebenarnya rata seperti papan penggilasan. Selama ini aku telah membohongimu dengan cara menyumpalnya pakai kain," aku si perempuan.

"Nggak apa-apa, Dik. Cinta itu bukan cuma sekedar fisik semata. Toh aku juga punya rahasia yang harus kukatakan kepadamu sebelum kita menikah," kata si lelaki.

"Apa itu, Mas?"

"'Burungku' seperti bayi," kata si lelaki itu sambil tertunduk malu.

"Ah, nggak apa-apa. Toh cinta itu kan nggak tergantung sama hal yang begituan, Mas," jawab si perempuan sambil berusaha menghibur kekasihnya.

Lalu tibalah saat pernikahan mereka. Dan mereka pun segera menikmati malam pertama mereka.

Saat sang perempuan membuka bajunya, si pria itu melihat memang payudara isterinya sangat rata. tetapi dia tidak terlalu kaget karena sudah diberitahu sebelumnya.

Giliran sang pria membuka pakaiannya, si perempuan melihat ke arah selangkangan pasangannya dan berteriak kaget terperanjat setelah melihat 'burung' suaminya itu.

"Mas, katamu punyamu seperti bayi .. tapi kok .. tapi ...," kata si wanita terheran-heran.

"Lah .., ini kan emang seperti bayi, Say. Panjang 50 senti, berat 3 kilogram."


Friday, July 30, 2004

Menilik Kepribadian Melalui UPIL

 
Orang yang menganggap waktu adalah uang:
* Kalo ngupil, 2 lobang sekaligus ( Sekali mendayung, 2 pulau terlampaui ) 
* Nyetir mobil/motor sambil ngupil
* Ngobrol sambil ngupil 

 
Orang yang perfeksionis:
Kalo mau ngupil, cuci tangan sampai bersih. Setelah ngupil, tangannya di cuci lagi, dan hidungnya di kompres dengan alkohol untuk mencegah terjadinya infeksi karena saat ngupil, bisa saja jari tangan melukai hidung

 
Orang yang berlibido tinggi:
* Saat ngupil, jarinya di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan dan di masukkan dan dikeluarkan sampai keluar lendir
* Mandi sambil ngupil             

 
Orang yang tidak berpendidikan:
Menggunakan jari orang lain untuk ngupil

 
Orang yang tidak berpendidikan tapi punya sopan santun:
Menggunakan jari orang lain untuk ngupil, dan mengucapkan terima kasih setelah selesai

 
Orang yang inovatif:
* Menggunakan jari kaki untuk ngupil
* Goreng ikan asin sambil ngupil, kalau kurang asin bisa langsung ditambahkan

 
Orang yang berjiwa samurai:
* Saat ngupil, jari dimasukkan ke hidung, ditarik keatas, diturunkan kebawah, tarik ke kiri kemudian tarik ke kanan
* Ngorekin upil anaknya 

 
Orang yang suka ganti suasana:
Selalu menggunakan jari yang berbeda tiap kali ngupil

 
Orang yang suka petualangan:
Selalu mencoba untuk meraih celah yang tak pernah diraih tiap kali ngupil

 
Orang yang mempunyai jiwa time-management yang tinggi:
Ada jadwal untuk ngupil per minggu, dan selang waktu untuk ngupil tiap kali ngupil

 
Orang yang bagaikan punguk merindukan bulan:
Mencoba untuk melompat lompat, dan mengharapkan upilnya akan turun dengan sendirinya

 
Orang yang berjiwa pembunuh:
Hanya akan berhenti ngupil setelah hidungnya berdarah

 
Orang yang nggak tahan digelitik:
* Ngupil sambil tertawa 
* Baca buku sambil ngupil

 
Orang yang mengikuti perkembangan teknologi:
Ngupil dengan memakai antenna handphone

 
Orang yang nggak mau menghabiskan waktu untuk melakukan hal sia-sia:
Membuka lebar hidungnya dan menyuruh orang lain untuk ngintip apakah ada upil didalam, karena nggak mau sia sia masukin jari ke hidung tapi ternyata nggak ada upil

 
Orang yang berjiwa oriental:
Menggunakan sumpit untuk ngupil

 
Orang yang taat beragama:
Berdoa dulu sebelum ngupil

 
Orang yang pilih kasih:
Hanya ngupil lobang hidung sebelah kiri, sedangkan yang kanan dibiarkan begitu saja

 
Orang yang adil, arif dan bijaksana:
Kalo upil dari lobang hidung sebelah kiri lebih banyak dibanding upil dari hidung sebelah kanan, maka dia akan masukkan sedikit upil dari lobang hidung sebelah kiri kedalam lobang hidung sebelah kanan, baru mulai ngupil lagi

 
Orang yang plin plan, alias baru makan buah simalakama:
Ngupil salah, nggak ngupil salah, ngupil salah, nggak ngupil salah, ngupil salah, nggak ngupil salah, ngupil salah, nggak ngupil salah, ngupil salah, nggak ngupil salah

 
Orang yang latah:
Saat kuku tangan tanpa sengaja melukai hidung, maka dia akan berteriak “EH MAMA KU UPIL, EH UPIL KU MAMA”

 
Orang yang pelupa:
Saat jari tangan sudah didalam hidung, sesaat dia lupa apa yang ingin dia lakukan dengan memasukkan jari ke hidung

 
Orang yang ceroboh:
Orang yang setelah selesai ngupil lobang hidung sebelah kiri, kemudian lupa untuk ngupil lobang hidung sebelah kanan

 
Orang yang suka mencontoh kata kata di iklan TV:
Setelah ngupil, dia akan berkata “Ngupil? Siapa takut…..” 

 
Orang yang ngupil hanya diwaktu luang:
Contohnya yah elo tuh, sambil baca blog gue sambil ngupil tuk nyari jati diri

 

Thursday, July 29, 2004

surat akar kepada akar

 
surat akar kepada akar
- on listening feels like home, chantal kreviazuk

 
sekiranya kau memahami betapa kemarau ini telah semakin menyuburkan rindu kepadamu. maka aku pun kian merayap. mencari mata air. agar tak semakin berasap rindu itu.

kau ketahuikah betapa suntuknya penantian? lalu suntuk itu menjelma jadi bayang samar tentang aku dan kau yang berbaring di rerumput hijau.

kita lalu samasama menghitung berapa banyak bintang yang di atas mata kita sambil mencari mana bintang tercerlang agar bisa kita sampirkan mimpi kita di situ. dan kita pun menemukannya.

tetapi bintang itu jatuh cinta kepadamu. dan ia jatuh menujumu. menembus atmosfer bumi, tubuhnya hitam hangus dan terkikis. lalu jatuh padamu. (aku teringat nicholas cage dalam city of angels. kau tahukah?).

tak ada lagi bintang itu di langit. kucari. maka mimpiku sesat. pun rinduku. sesat padamu.

sekiranya kau memahami betapa kemarau ini telah semakin menyuburkan rindu kepadamu. maka aku pun kian merayap. mencari mata air. agar tak semakin berasap rindu itu.
 
adakah ia padamu?

maka pulanglah. aku merindukanmu.

sangat me-
-rin-
-du-
-kan-

-mu.

 
/jatinangor, 29 juli 2004

 

Wednesday, July 28, 2004

Tentang Avril Lavigne

Apa yang gue suka dari Avril Lavigne?
Karena dia ternyata manusia biasa. And she admitted it.

Gue ini termasuk mahluk yang paling getol mengorek pengetahuan tentang sesuatu yang menarik perhatian gue. Nggak terkecuali tentang si Avril ini. And the result? Gue semakin kagum ama cewek Kanada yang satu ini.

Dalam satu wawancara yang sempet gue baca di intenet, Avril pernah ditanyain tentang penampilannya dan tentang Britney Spears. Dan apa jawabnya?

... "I mean, the way she dresses — would you walk around the street in a fuckin' bra?" she asks rhetorically. "I'm not trying to dis anyone, but with me, the clothes I wear onstage are the clothes I would wear to school or go shopping. I'm not gonna go up onstage and dress different. Britney Spears goes up onstage and dresses like a showgirl. She's not being herself up there because she's dancing like a ho. Is she ho? She says she's a virgin. Y'know, it's just not clicking. She's doing one thing and saying another thing, y'know? It's definitely not what I'm going to do." ... [dikutip dari Chart Attack]


Thanks God she ain't Britney, hehehe... Karena emang gue sendiri nggak suka ama Britney. Buat gue, Britney adalah boneka dari sebuah bisnis hiburan.

Kebetulan gue punya kasetnya si Avril yang "Under My Skin". Gue baca lirik-liriknya. Keliatan banget kalo si Avril ini memang seorang perempuan yang ngerti di mana posisinya. Dia bukan tipe perempuan yang mau ada di bawah dominasi laki-laki tanpa reserve. Sementara di sisi lain, dia juga nggak menampik bahwa dia emang butuh seorang laki-laki untuk dicintai bener-bener, sosok yang bisa kasih dia kekuatan dan dukungan saat dia lagi down banget, sosok yang bisa dia banggain sebagai soulmatenya. Hmm, kalo gue diminta untuk menyebut salah seorang femnis, gue bakal menyebut nama Avril Lavigne!


Avril saat nggak pake make-up. Cakepan mana kalo dibandingin saat dia pake eye shadow?

Gue pikir, ada beberapa kesamaan antara gue dengan si Avril ini. Salah satunya adalah stempel pemberontak. Orang menganggap Avril sebagai ikon perempuan independen yang merasa berhak berbuat semaunya. Well, gue pikir mereka yang anggap itu cuma mengetahui Avril dari tayangan MTV aja. Kalau mereka simak lirik lagu-lagunya dan hal-hal yang diutarain Avril dalam beberapa wawancara, si Avril ini ternyata mengaku sebagai seorang yang pemalu dan cenderung introvert.

Gue, oleh sebagian orang juga dianggap sebagai pemberontak. Mereka mungkin melihat gue dari tulisan-tulisan gue. Well, nothing wrong with that, anyway. Tetapi di sisi lain, ternyata gue ini sebenernya mahluk pendiam, pemalu dan lebih suka di dalam kamar atawa tenggelam di antara rak-rak toko buku. Kalo elo tanya ama emak gue, dia pasti bilang kalo ketika gue di rumah, 98% waktu gue cuman di dalam kamar dan berbibir rapat. Beda kalo misalnya elo liat saat gue lagi ngumpul bareng temen-temen dan bisa haha-hihi, ketawa-ketiwi dengan berbagai macam tingkah (yang kata temen gue, gue ini termasuk langka, kok bisa-bisanya ada cowok yang pecicilan macam gue, hehehe...).

Hey, kok tiba-tiba gue berusaha nyama-nyamain diri ama si Avril sih? Avril-Wanna-Be, daus?

O-ho..., bukan gitu. Nggak ada maksud seperti itu, dan jauhlah hal seperti daripada gue. Gue nggak punya keinginan untuk jadi epigon Avril ataw siapapun. Di sini gue cuman berusaha merefleksi diri gue dengan si Avril sebagai komparitasnya. Walaupun gue suka ama Avril, tetapi kesukaan gue itu karena lagunya, liriknya dan semangatnya si Avril. Sampai harus mencitrakan diri sebagai Avril? Hahaha..., nggak akan lah! Emangnya gue berniat jadi bences, apa?! Hehehe...

isn't she cute?! heuheuheu ...

Tambahan
Dalam tulisan ini sepertinya gue juga harus nambahin sesuatu, bahwa frasa Avril Lavigne juga gue tujuin untuk merujuk ama seseorang yang gue sayang.
Sengaja gue samarin dengan nama Avril karena, sepengenalan gue selama ini, gue ngeliat dia tuh punya sesuatu yang luar biasa. Just like Avril (sekedar catatan, gue lebih dulu mengenal cewek ini jauh sebelum gue tertarik untuk "mempelajari" Avril Lavigne). Nggak ada yang salah dengan menggunakan frasa yang kita suka untuk menyebut seseorang yang kita suka [pula] kan?
Tapi kenapa harus disamarin?
Hehehe..., alasannya mungkin sangat subyektif. Gue khawatir kalau dia merasa jengah, atau malah nggak demen kalo gue nyebut namanya secara eksplisit. Ngeri kan? Masak cintaku harus tersandung ama hal-hal yang kayak gituan? Mwahahaha...
Apakah dia emang punya wajah yang mirip banget ama si Avril?
Well, kayaknya nggak deh. Tapi kalau gue harus menyamakan dia ama seorang yang terkenal, mungkin gue akan menunjuk si Jenniffer Love-Hewitt. Yup. Cantik, bukan?!
Tulisan ini juga gue dedikasiin buat perempuan itu.
Karena gue sayang elo.

aku mencintaimu dengan

 
aku mencintaimu

dengan bunga
dengan matahari
dengan bintang
dengan langit
dan api
dan sunyi

dan dengan segala liuk tari
asap ardath memeluk capri

demikianlah aku mencintaimu

dengan sepenuh dangdut
dalam hatiku

/jatinangor, 28 juli 2004

 


Tuesday, July 27, 2004

Karena Cinta Membuat Kita Menjadi Dangdut

 


Entah kenapa, akhir-akhir ini gue demen lagi ama lagu-lagunya si Bryan Adams, semenjak gue denger lagu "Heaven" yang dinyanyiin ulang beberapa bulan lalu di radio.

Sialnya, waktu gue naik bus Jakarta-Jatinangor tadi, si keneknya muter VCD bajakannya si Adams ini. Alhasil, gue ikut-ikutan nyanyi (walau sembunyi-sembunyi sambil pura-pura batuk, hehehe...) waktu lagu Heaven, Have You Ever Really Loved A Woman, One For All, Everything I Do, dll terdengar di speaker sember bus antarkota ini.

Lagu-lagu cinta. Hehehe... Gue jadi inget beberapa hari kemaren pernah bilang ama temen gue bahwa cinta itu bisa membuat kita menjadi sangat begitu dangdut. Di mana dunia kok bisa keliatan begitu indah dan satu waktu juga bisa begitu sucks. Di mana kita bisa dengan bangganya berpolah senorak-noraknya, dan menyebut penampilan itu sebagai unjuk romantis. Di mana mata kita bisa berputar-putar acak beraturan sesuai hukum gerak Brown seperti ikon Smiley juling. Busyet dah!!! Lalu kita serasa hidup di dunia yang cuman kita huni sendiri dan cuma kita sendiri yang bisa mengerti. Begitu dangdut, bukan?!

Apakah gue lagi seneng ama lagu-lagunya Adams karena gue lagi jatuh cinta? Entah juga yah. Secara tepatnya, mungkin karena gue akhir-akhir ini lagi kumat mellow-nya. Dan melankolik itu akhirnya menciptakan dangdut gaya daus, hehehe ...

Dan gue berusaha menikmati dangdut ini senyaman mungkin, karena gue tau hidup gue ini singkat banget. Life is so short. Gitu kata Hanson.

PS:
Gue demen banget dengerin lagu Have You Ever Really Loved A Woman--soundtrack film Don Juan de Marco yang dibintangin ama Johnny Depp itu--sambil ngebayangin gue lagi minum teh sambil liat ke jendela dan dalam rangkulan gue ada Avril Lavigne (Avril again?!!!)

 
  Aku Jatuh. Aku Cinta. Aku Dangdut!!!

Friday, July 23, 2004

INILAH CINTA....

 

Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. Kemudian ia duduk, meletakkan tasnya di pangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.

Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar ke dunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri. Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya.

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah pulih lagi. Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya.

Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus. Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militerMark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.

Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.

Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati.  Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti?

Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. "Aku buta!" tukasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku."

Mark sedih mendengar kata-kata itu,  tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.

Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan di mana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama -sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.

Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan.

Senin, Selasa, Rabu, Kamis ... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.

Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata: "Wah, aku iri padamu . "

Susan tidak yakin  apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup?

Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"

Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu".

Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu?"

"Kau tahu , minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung," kata sopir itu.

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.

 
-- dikutip dari postingan Lia di milis komunitas chatters  Jakarta6
 
 
 

puisi: Selamat UlangTahun, HidungJambu


 
 
Selamat UlangTahun, HidungJambu
: kisah sepotong brownies

 
 
lalu lakilaki itu menghadap ke tenggara sedikit dongakkan kepala cari bintang seperti bintang di jidatmu di langit yang masih ungu malumalu.
 
dinyalakannya sebatang lilin tipis setipis dadanya di atas sepotong brownies.
 
"selamat ulangtahun, hidungjambu". gumamnya dikirimkan pada bintang itu untuk dipantulkan kepadamu setelah padam nyala lilin diembus napasnya sendiri. dan sebuah permohonan tersampaikanlah.
 
semoga kau di sana juga sedang menatap ke barat laut dan lihat itu bintang bergayutgayut menyampaikan rindu kepadamu.
 
seperti rindu yang nyantol di brownies dingin itu.
 
(katakan padaku, pada siapa kau berikan potongan pertama kue itu?) 
 

/jatinangor, 23 juli 2004 
  

 


Tuesday, July 20, 2004

puisi: bintang itu

 
 
BINTANG ITU
: a.k.a.r
 
lalu aku menatap bintang yang ada pada dirimu dan aku lihat kau menjelma jadi bintang dan bintang itu adalah dirimu dan lalu kau ada di antara bintang-bintang dan kau adalah bintang di antara bintang-bintang yang kemudian bintang itu menjelma jadi dirimu yang seperti bintang dan kemudian bintang itu tersesat dalam tubuhmu. lalu aku masih tetap menatap dirimu yang seperti bintang dan dikelilingi bintang. mataku serasa berbintang-bintang.
 
wanna have some bir bintang, kawan?!
 

/jatinangor, 20 juli 2004
 
 
 
 

puisi: cerita yang mengalir dari puntung rokok terakhir

 
 

 
ketika rindu menyusup di dada tipismu, lelaki
ketahuilah ia bukan dengus angin yang mampu membuatmu tbc
 
karena rindu bukan virus tbc
 
dan rindu itu lebih bahaya dari tbc
 
dan kunyahlah rindumu dalam-dalam, lelaki
dengan kunyah lahan-lahan babi
pinahan ompungmi na di silimbat an*
 
karena rindu bukan permen mentol
yang cuma ada di mulut sekedar nyantol
 
rindu itu lebih mirip dedak
yang jatuh dari tampihan gabah
 
jatuh untuk dikerumuni para babi kesepian
yang tak pernah jera dari lapar
 
seperti dirimu, lelaki
yang sepi dikungkung langit dan hujan
yang tak jera merindui apa yang tak kau ketahui
 
seperti aku, lelaki
yang sepi entah mencintaimu atau tidak
yang jera memikirkan apakah aku mencintaimu atau tidak
 
demikianlah, lelaki
sekedar ceritaku
yang menguap dari sisa puntung rokok
isapanmu
 
kau merindukanku?
 
isaplah kembali, lelaki
 
untuk yang terakhir kali
 
*pinahan ompungmi na di silimbat an (batak): ternak peliharaan nenekmu di silimbat sana

 
/jatinangor, 20 juli 2004
 
 
 

Tuhan Bilang, Saya Ini Napoleon Bonaparte!!!

 
 
 
 
Suatu hari, seorang pejabat mengadakan acara temu muka dengan para orang gila di aula sebuah rumah sakit jiwa.
 
"Eh, nama Bapak siapa?" tanya si pejabat kepada salah seorang pasien RSJ.
 
"Nama saya Napoleon Bonaparte, Sang Kaisar Perancis!" jawab pasien itu sambil menepuk dada dengan bangga.
 
"Masak? Siapa yang bilang begitu sama kamu?" tanya si pejabat heran.
 
"Tuhan!" jawab si pasien itu lagi.
 
Lalu tiba-tiba berdiri seorang pasien dari tengah audiens dengan wajah gusar dan berteriak lantang, "Bohong, Oom....!!! Saya nggak pernah bilang gitu kok ama dia!!!"
 
 

puisi yang tercecer dari onani pagi tadi

  
 
aku tahu
satu saat kelak aku
akan jadi bapa
 
bukan sekadar lelaki
yang punya anak belaka
 
/jatinangor, 19 juli 2004
 
 
 

Sunday, July 18, 2004

puisi: batal romantis

batal romantis

 
aku percaya tuhan sedang mabuk cinta saat menciptamu sehingga dipercikkannya setitik bintang dengan penuh puisi di selangit jidatmu.
 
"jangan melucu. tak ada bintang yang hitam. itu cuma taik lalat," tangkismu tanpa ragu. tanpa gaduh.
 
dengar katamu, aku jadi gugu. mangu malu malu. romantismeku layu ditelan lagu burung hantu.
 
kuk-kuuu ... kuk-kuuu ...
begitu bunyinya.
 

/jatinangor, 16 juli 2004
 
 

puisi: aku dan bayang

aku dan bayang
 

aku dan bayangku
adalah sepasang seteru
 
berjauhan kami berjalan
tidur tak pernah kami bersetubuh
 
pernah kutanya matahari
apakah bayang itu adalah hantu
yang sengaja ada menggocoh
 
tetapi jawabnya cuma batu
 
maka aku bayangku
hingga kini tetap sepasang seteru
dengan motif kami tak tahu
 
kami cuma sadar penuh penuh
kami berdua tetap saling butuh
 

/jatinangor, 16 juli 2004
 
 

Saturday, July 17, 2004

sajak: aku mencintaimu dengan sepenuh yahoo


 
aku mencintaimu dengan sepenuh yahoo
 
aku dan kau punya cerita cinta seru melebihi laga film kung fu atau film india yang penuh bumbu. dan kita semai itu di alam yahoo.
 
coba intip sebentar email yahoomu, sayang. berkata-kata kutuang lewat layar maya. yang lucu. yang terkadang saru. entahkah kau baca itu atau tidak, aku tak peduli. yang pasti aku sangat yahoo kepadamu.
 
kita punya kisah seru yang kita sebar lewat kotak pribadi yahoo messenger. di situ kukirim smiley nyengir lengkap dengan gigi biru sekedar menyamarkan senyum tak manisku. lucu, katamu. tapi katakanlah jujur-jujur, perempuan, apakah kau juga yahoo kepadaku?
 
jawabmu cuma mesem dengan pipi merah. ikon smiley pula tentunya.
 
kau dan aku memang bukan smiley. namun aku sangat yahoo kepadamu sepenuh yahoo seyahoo-yahoonya. katakanlah jujur-jujur, perempuan, yahookah dirimu seperti aku menyahooi dirimu?
 
do you yahoo, honey?
 

/jatinangor, 13 juli 2004
 
 

Sunday, July 11, 2004

cintaku di ujung vodka

cintaku di ujung vodka

kelabu di ujung vodka
selalu punya cerita tentang cinta

cinta yang terluntalunta
begitu katanya

/jatinangor, 11 juli 2004




tak seperti sartre pada beauvoir

tak seperti sartre pada beauvoir



Minum kupi pagi-pagi, sambil lirik jendela, The Rasmus mainin In The Shaddows.

I've watching, I've been waiting in the shadows of my life...
begitu katanya.

Lirik jendela sedikit, matahari agak menyilaukan kali ini. Ayam tetangga yang cempreng kokoknya sudah menanti di depan pintu kamar sambil berusaha tarik napas atur suara. Dan aku ambil asbak siap lempar liwat jendela.

The Rasmus kusut, tukar tempat dengan Avril Lavigne.

I don't wanna fall to pieces, I just wanna sit and stare at you...
begitu katanya

Ayam sedikit lirik sambil nyipitin mata. Pernah kau bayangkan ayam menjulur lidah ngeledek manusia? Ecce Homo!!! Lihatlah ayam itu!!! Asbak tak jadi melayang karena ayam keburu hengkang sambil unjuk pantat. Sial!

Sedikit lirik lagi ke arah matahari yang menclok di atas gunung botak yang puncaknya ada kuburan kramat dan dua batang pohon tua yang agak merangsak.

Aku jadi kepingin naik gunung dan ketemu engkau lalu kita kejar-kejaran bintang di siang hari.

Mustahil? Tak ada yang mustahil buat aku, karena aku adalah tukang ngimpi. Dan aku telah karang beratusratus ngimpi tentang engkau.


tak seperti sartre pada beauvoir, demikianlah aku padamu

/jatinangor, 11 juli 2004

Thursday, July 08, 2004

Kisah Seorang Sopir dan Seorang Bocah

Suatu hari, seorang ibu mengantar anaknya yang baru berusia 5 tahun,naik bis jurusan Surabaya-Denpasar.

Ibu berpesan pada supir, "Pak, titip anak saya ya? Nanti kalo sampe di Banyuwangi, tolong kasih tau anak saya."

Sepanjang perjalanan, si anak cerewet sekali. Sebentar-sebentar ia bertanya pada penumpang," Udah sampe Banyuwangi belom?"

Hari mulai malam dan anak itu masih terus bertanya-tanya.

Penumpang yang satu menjawab, "Belom, nanti kalo sampe dibangunin deh! Tidur aja!"

Tapi si anak tidak mau diam, dia maju ke depan dan bertanya pada supir untuk kesekian kalinya, "Pak,udah sampe Banyuwangi belom?"

Pak Supir yang sudah lelah dengan pertanyaan itu menjawab, "Belom! Tidur aja deh! Nanti kalo sampe Banyuwangi pasti dibangunin!"

Kali ini, si anak tidak bertanya lagi, ia tertidur pulas sekali. Karena suara si anak tidak terdengar lagi, semua orang di dalam bis lupa pada si anak, hingga ketika melewati Banyuwangi, tidak ada yang membangunkannya.

Bahkan sampai menyeberangi selat Bali dan sudah mendarat di Ketapang, Bali, si anak tertidur dan tidak bangun-bangun.

Tersadarlah si supir bahwa ia lupa membangunkan si anak. Lalu ia bertanya pada para penumpang, "Bapak-ibu, gimana nih, kita anter balik gak anak ini?" Para penumpang pun merasa bersalah karena ikut melupakan si anak dan setuju mengantar si anak kembali ke Banyuwangi.

Maka kembalilah rombongan bis itu menyeberangi Selat Bali dan mengantar si anak ke Banyuwangi.

Sesampai di Banyuwangi, si anak dibangunkan. "Nak! Udah sampe Banyuwangi! Ayo bangun!" Kata si supir.

Si anak bangun dan berkata, "O udah sampe ya!" Lalu membuka tasnya dan mengeluarkan kotak makanannya.

Seluruh penumpang bingung.

"Bukannya kamu mau turun di Banyuwangi?" Tanya si supir kebingungan.

"Nggak.. kata mama, kalo udah sampe Banyuwangi, saya boleh makan nasi kotaknya!"

Si sopir dan penumpang lainnya geram dan gemas ... yo opo rek, ngerjain wong tuwo wahe...

[sajak] teringat yulinar br. siagian, 1983-1984

[teringat yulinar br. siagian, 1983-1984]


dalam sesatku
aku tertumbuk ingatan akan engkau

mungkin saat ini kau sedang bermain ayunan
atau lempar bola-bolaan dengan tuhan
atau malaikat

masihkah kau berada di kursi jalanmu?
atau kau telah menjadi seorang puteri manis
bergaun putih dan berpita ungu
seperti gadis di film little house on prairie?

aku merindukanmu
rindu masa kanak-kanak yang singkat

masih kusimpan gambar itu
gambar kita duduk berdua di bawah pot bunga

dalam sesatku
aku teringat padamu

titiplah salamku padanya
bilang aku juga merindukannya

kapan aku akan dijemput pulang,
tanyakanlah padanya

kadang rindu akanmu hilang
tapi kini muncul lagi

dalam kesesatanku

/jatinangor, 8 juli 2004



sedikit catatan
Di bulan Juli ini banyak kenangan buat gue. Salah satunya adalah adik gue, Yulinar, yang cuma sempet mampir di keluarga gue selama satu tahun tepat. Sehari setelah ulangtahunnya yang pertama, dia meninggal karena sakit. Kata emak gue, di keluarga gue cuma gue lah yang paling deket ama dia. Pagi hari, gue selalu main-main ama dia dulu sebelum ke sekolah. Sepulang sekolah, yang pertama gue samperin adalah Yulinar.
Saat dia disemayamkan, saat itu gue nggak nangis. Gue cuma nanya ke nyokap, "Kok jempol kaki adek diiket sih, Ma?". Bahkan saat yang lainnya mangandung (menangisi jenasah), dan saat adek gue diturunin ke liang lahat, gue nggak nangis. Saat itu, gue inget banget, gue cuma diem menatap peti adek gue.
Waktu itu gue mungkin belom ngerti tentang kematian. Gue cuma anggap adek gue sedang tidur. Dan sekarang gue tahu, dia udah bangun dan lagi bahagia di sono.
Sampein salam gue buat Tuhan, Dek. Bilang ama dia, walau kadang gue suka nakal dan kerap ngebalikkin punggung, kadang ada rasa kangen gue ama Dia. Jangan nakal yah...

dongeng yang tak selesai

Ketika malam itu aku menawarkan padamu bercerita tentang dongeng prajurit berkaki satu, kisah itu tak terselesaikan. Biarkan aku menceritakannya kepadamu kembali.

Di sebuah rumah, di sebuah kamar anak laki-laki si empunya rumah itu, terdapat banyak sekali mainan. Salah satunya adalah sebuah kotak mainan berisi 24 pasukan yang terbuat dari timah. Mereka tinggal berhimpit-himpitan di dalam kotak tersebut. Salah satu prajurit timah itu, si prajurit yang bungsu, berkaki satu. Sewaktu dibuat, ternyata sang pembuatnya kehabisan cairan timah. Itulah sebabnya prajurit itu berkaki satu.

Setiap kali kamar itu ditinggalkan oleh anak laki-laki itu, setiap mainan yang ada di kamar itu selalu berkeliaran dan saling bertandang. Terkecuali si prajurit kaki satu. Dan satu boneka penari yang terbuat dari kertas yang selalu berdiri di depan puri. Si prajurit senang sekali menatap puteri itu. Dia menyukai sang puteri, tapi tak memiliki keberanian yang lebih untuk menyatakan perasaannya. "Puteri itu pastilah seorang ningrat, itu sebabnya dia berdiri di depan puri itu. Sementara aku adalah seorang prajurit biasa," begitu gumam sang prajurit dalam hati.

Pada suatu hari yang berangin dan penuh salju, si prajurit sedang menatap putri itu dari pinggir jendela. Tiba-tiba angin meniupnya jatuh ke luar, dan menancap di antara tumpukkan salju. Si anak empunya rumah segera berusaha mencarinya keluar. Tetapi dia tak berhasil menemukannya, karena salju yang jatuh kian menutupi si prajurit itu.

"Hei, aku di sini!" teriak prajurit itu, namun si anak itu tak dapat mendengarnya. Desau angin dan salju menelan teriakan sang prajurit. Karena salju semakin lebat, si anak itu pun kembali masuk ke rumah.

Tak berapa lama kemudian, lewatlah serombongan anak lainnya. Salah satu dari rombongan itu melihat prajurit itu. "Hei, bagaimana kalau kita buatkan dia kapal-kapalan dan meluncurkannya di selokan?" usul anak itu. Yang lainnya setuju. Maka dibuatnyalah sebuah kapal-kapalan dari kertas, dan diletakkannya prajurit itu di bagian tengah kapal. Lalu mereka meluncurkan kapal-kapalan itu di sebuah selokan.

Ada rasa gentar dalam hati prajurit itu, tetapi dia berusaha menguatkan hatinya. "Aku adalah seorang prajurit, dan aku harus tegar menghadapi tantangan apapun," kata prajurit itu pada dirinya sendiri.

Air selokan pun membawanya berlayar hingga sampailah ia di dalam gorong-gorong. Di situ ia bertemu dengan tikus yang memandangnya curiga.

"Hei, kamu, pendatang gelap! Coba tunjukkan paspormu sebelum kau melanjutkan perjalanan," teriak tikus itu.

"Aduh, mati aku!" serunya dalam hati. Sang prajurit begitu kalut. Kakinya terasa gemetar. Tetapi dia memilih untuk bungkam dan tetap dalam posisi siaga. Ia memegang senjatanya erat-erat. Tapi untunglah, aliran air semakin cepat karena salju di luar mencair. Lalu air membawanya keluar dari gorong-gorong itu.

Namun arus air semakin cepat dan semakin cepat sehingga membuat perahu itu oleng. Hingga akhirnya perahu itu bertumburan dengan sebuah pusaran yang memutar-mutar kapal itu hingga kapal itu koyak karena basah. Sang prajurit pun tenggelam bersamaan dengan hancurnya kapal itu.

"Tamatlah riwayatku!" kata sang prajurit. Saat ia melayang-layang dalam air, pikirannya terbang ke rumah majikannya. Ia teringat kepada majikannya, kepada saudara-saudaranya, dan kepada putri yang berdiri di depan puri. Tiba-tiba ...

HAP! Seekor ikan mas menelan prajurit malang itu. Prajurit itu hanya merasakan gelap dan kegelapan semata yang ada.

Beberapa waktu berjalan, ia merasa melihat cahaya, dan ia mendengar suara yang ia kenal.

"Hei, bukankah ini adalah prajurit mainanmu yang hilang itu?" terdengar suara perempuan yang sangat akrab di telinganya.

"Benar," sekarang terdengar suara gembira seorang bocah laki-laki,"Akhirnya kutemukan juga boneka ini!"

Sang prajurit merasa senang sekali karena ternyata dia kembali ke rumah majikannya setelah berpetualang jauh sekali. Teman-temannya segera menghampiri dia dan hendak mendengar ceritanya mengenai dunia di luar sana. Para saudaranya mengaguminya dan menyebutnya sebagai pahlawan yang gagah, berani dan luar biasa karena dia telah pergi berkelana ke tempat yang jauh dan pulang dengan selamat. Hatinya begitu senang sekali.

Tetapi ada satu yang membuatnya gundah. Ternyata si puteri itu tetap bergeming di tempatnya. Dia tak menghampiri si prajurit yang telah kembali pulang. Dia tetap berdiri dengan posisi menari balet. Si prajurit menatap kagum putri itu. Ada rasa rindu yang buncah di dadanya.

Tapi tiba-tiba, sekali lagi angin berhembus masuk ke dalam kamar itu dan menghempaskan sang prajurit ke dalam tungku perapian. Prajurit itu mulai meleleh sedikit demi sedikit. Rasa panas menderanya. Kini riwayatnya benar-benar akan tamat. Sekali lagi ia menatap putri itu, sebab mungkin itu adalah saat terakhir dia akan melihat sang puteri. Tapi tiba-tiba, puteri kertas itu pin dihempas angin ke dalam perapian dan jatuh tepat di atas tubuh sang prajurit.

Prajurit itu segera memeluk erat sang puteri. "Akan kulindungi kau dari panas ini," kata si prajurit menenangkan hati sang puteri. Tapi api itu terlalu panas dan tetap saja membakar keduanya dengan ganas. Dari matasi prajurit, meleleh sebuah cairan. Maut menjemput sang prajurit dan sang puteri.

Keesokan paginya, saat sang pembantu rumah itu hendak membersihkan abu dari perapian, ia menemukan sebentuk kertas timah berbentuk hati yang terbakar dari dalam tungku.**

Demikianlah dongeng itu, sebuah dongeng yang begitu lekat di pikiranku, yang tak sempat kuceritakan secara penuh kepadamu waktu itu. Semoga kau bisa lelap dalam istirahatmu, dan badanmu disegarkan kembali.

Aku mencintaimu.


(teringat Minggu dini hari 4 Juli 2004, menjelang final Euro)

** dongeng "Kisah Prajurit Berkaki Satu" karya HC Andersen ini gue kutip sepengingatan gue.

lirik lagu: MEXICAN WINE -- Fountains of Wayne

MEXICAN WINE
Fountains of Wayne




He was killed by a cellular phone explosion
They scattered his ashes across the ocean
The water was used to make baby lotion
The wheels of commotion were set into motion

But the sun still shines in the summer time
I'll be yours if you'll be mine
I tried to change, but I changed my mind
Think I'll have another glass of Mexican wine

She lived alone in a small apartment
Across the street from the health department
She left her pills in the glove compartment
That was the afternoon her heart went

And the sun still shines in the summer time
I'll be yours if you'll be mine
I tried to change, but I changed my mind
Think I'll have another glass of Mexican wine
Think I'll have another glass of Mexican wine

I used to fly for United Airlines
Then I got fired for reading High Times
My license expired in almost no time
Now I'm retired and I think that's fine

Because the sun still shines in the summer time
I'll be yours if you'll be mine
I tried to change, but I changed my mind
Think I'll have another glass of Mexican wine
Think I'll have another glass of Mexican wine
Won't you have another glass of Mexican wine?


Selamat bulan Juli!!! [2 Tahun Mengenang Weblogku]

Tak terasa, bulan Juli ini, tepatnya tanggal 20 Juli nanti, weblogku tepat berusia 2 tahun. Sedangkan situsku akan berusia lebih 3 tahun (aku sendiri nggak tau secara pasti berapa umur situs www.firdaussiagian.cjb.net, tapi yang pasti, situs ini beberapa tahun lebih tua dibanding weblog a.k.a Ruang Baca). Something I never thought before, kalo aku ternyata bisa bertahan selama ini menuang gagasan, keluh kesah, kesedihan, kegilaan , keriangan, dan kepedihan gue di weblog ini.

Suatu saat, ketika aku mungkin nggak bisa liat dunia cyber lagi, mungkin situs ini yang akan menjadi catatan diam tentang sejarah dan segala cerita tentang bagaimana aku bergaul dan berkutat dengan dunia maya. Di sini ada berbagai macam hal yang orang bisa baca tentang aku. Tentang bagaimana perasaanku pada tanggal sekian, tentang apa yang aku tulis dan kemana kukirim demi mendapat uang sekedar menambah-nambah uang pengganjal perut. Tentang bagaimana air mataku pernah jatuh saat mengetik di atas keyboard komputer sewaan di warnet. Ketika suatu saat mungkin aku nggak bakal bisa ngeliat dunia ini lagi, orang setidaknya masih bisa mengenangku melalui weblog ini. Weblog [dan situsku secara keseluruhan] inilah yang akan menjadi semacam pusara buatku.

Ah, betapa sentimennya aku hari ini. Hehehe, begitu kan?

Entahlah, apa yang aku rasain sekarang. Entah apa yang mendorongku untuk berpolah sesentimentil ini. Ada semacam perasaan kegelisahan saat aku menulis ini, sebenarnya. Ada ketakutan (atau kepastian?!) bahwa mungkin aku nggak akan lama lagi liat dunia cyber. Mungkin suatu saat kelak, beberapa waktu lamanya dari sekarang, aku akan ada berada jauh, di tempat di mana terdapat batas tegas antara dunia nyata, dunia maya dan dunia kelak. Entahlah. Saat-saat seperti ini adalah saat-saat ketika aku lebih banyak diam dan cuma memandang kosong ke depan.

Tapi Juli adalah bulan yang indah, bukan? Dan nggak sepantasnya aku membuat bulan yang indah lagi cerah ini dengan mendung yang tak beralasan. So, cheer up, o my soul, for you have chosen to be cursed being happy and smiling. Berbahagialah, karena engkau, wahai diriku, adalah manusia bebas yang dikutuk berjalan dengan tertawa, walau dengan baju compang camping.

Tapi memang sebenarnya ada alasan tepat kenapa aku sebut bulan Juli adalah bulan yang indah lagi cerah. Di bulan ini banyak sekali hal-hal bahagia yang dialami banyak orang. 21 tahun yang lalu, di bulan Juli, adik perempuanku lahir, dan meningal pada tahun berikutnya sehari tepat setelah ulang tahunnya. Jadi, umurnya begitu singkat. Cuma satu tahun. Dan dia adalah adik perempuan yang paling aku sayangi (dan adik perempuan satu-satunya yang pernah aku miliki dalam hidup). Aku sering menghabiskan waktu dengannya dengan menjagainya bermain-main di kursi bayi. Saat kematiannya, aku masih ingat, aku bertanya lugu pada Ibu, "Kenapa dek Yulinar bobo melulu, Ma? Kok jempolnya diiket gitu sih?" Dan aku tahu, saat itu nyokapku pasti merasa sedih sekali mendengar pertanyaan itu. Selamat berbahagia di sana, siz. Aku tau kau sangat senang di sana karena Tuhan adalah sahabat bermain paling asyik. Tolong sampaikan salamku pada Tuhan bahwa aku mencintaiNya juga, walau kadang aku suka nakal dan kerap berbalik punggung. Kadang ada rasa kangen pingin ketemu cepet-cepet dengan dirimu di sana. Tapi aku nggak mau pergi dengan cara yang bodoh. Sampaikan salamku pada Tuhan, yah. Aku tahu kalo kau dan Tuhan tahu betapa aku sering banjir airmata selama ini.

Di bulan Juli ini juga, seseorang yang aku kenal, seseorang yang aku kagumi, berulang tahun. Jujur saja, aku menyukainya. Aku, dengan kata yang lebih tajam lagi, sayang kepadanya. Bukan dengan ukuran fisik yang membuat aku menyukainya. Secara fisik, jujur sajalah, dia kalah dengan seseorang yang baru saja aku temui beberapa waktu lalu. Dia juga bukan seorang yang gila prinsip hidup ataw filsafat macam aku ini. Dia benar-benar earthly banget. Yang membuat aku kagum dan menyukainya adalah karena dia punya semangat hidup yang,--damn!!--lebih hebat dari diriku. Dia masih bisa tertawa, bekerja, senang-senang walaupun kondisinya tak sebaik diriku. Ada saat di mana aku ingin sekali memeluk dan berbagi perasaan dengannya. Dan di bulan Juli ini dia berulang tahun.

Di bulan Juli ini juga adalah, seperti biasanya, saat matahari muncul dengan kekuatannya yang penuh dan garang pula. Kekuatannya yang kadang membuat pening kepala orang macam diriku yang punya tekanan darah rendah alias anemia.

Dan aku sekarang benar-benar merasa pening. Entahlah. Semoga apa yang menjadi kekhawatiranku tidak akan pernah terjadi. Karena aku begitu mencintai hidup ini lengkap dengan segala bunga-bunganya dan juga duri-durinya.

Terimakasih Tuhan untuk bulan Juli yang Kau ciptakan. Entahlah bila tak ada bulan ini. Mungkin aku akan berulangtahun lebih cepat dan aku akan tua lebih cepat dan mati lebih cepat pula (walaupun kadang mati tak selalu berjalan seiring dengan ketuaan, bukan?)

Selamat bulan Juli, Kawan!!!

blues avril lavigne

Apa yang kaurasakan tentang cinta? Apa yang membuatmu gila dan meriang setiap waktu sehingga orang-orang di sekitarmu berpikiran harus membawamu ke asilum atau rumah sakit jiwa?

Apa yang membuatmu jatuh cinta? Tentang fisikkah? Aku lebih pada apa yang disebut kerekatan batin. Ketika aku bercakap-cakap, ketika aku dapat tertawa sejujurnya, atau menangis setololnya. Itu yang membuatku kadang lama untuk bilang "hey say, aku suka kamu..., kita pacaran yuk!!!" Jujur saja, untuk itu, aku butuh waktu. Aku ini termasuk tolol dan penakut dalam hal bermain api.

Dan itu yang kualami ketika aku mencintai Avril Lavigne. Aku butuh waktu berbulan-bulan untuk meyakinkan diriku dan otakku bahwa aku menyukainya.

Oho..., Avril Lavigne!!! Sungguhkah? Si Kanada itu?

Tolol sekali bila kau mengunyah nama itu secara harafiah, Kawan. Bahkan kadang aku kerap pula menyebutnya si Jennifer Love-Hewitt. Jujur saja, di mata dunia, perempuanku itu mungkin tidak secantik dan semenarik Avril atau si Hewitt itu. Tapi bagiku, yea, yea.., cantiklah dia bagiku. Karena kecantikkan yang aku lihat darinya bukanlah apa yang menempel pada tulang-tulangnya. Aku lebih menyukainya karena dia bisa membuatku tertawa sejujurnya dan menangis setololnya. Dan sialnya.., dia bisa pula bikin aku memimpikannya selama beberapa hari berturut-turut. Sial!!!

Dan aku telah menyusun angan-angan pula, bahwa aku akan bertemu dengan Avril di stasiun Kebon Kawung, atau mungkin di terminal Leuwipanjang (hei, sekali lagi.., mungkinkah Avril yang sebenarnya mau menemuiku di tempat semacam itu?). Tapi sepertinya aku harus mengubur angan-angan itu dalam kotak pesawat mainanku. Avril takkan akan datang bulan ini. Dia pun akan enyah ke tempat yang entah selama sebulan atau lebih.

Kacau rasanya mendengar berita itu. Dari mulutnya sendiri pula. Jadi, mau tak mau, aku harus mempercayainya. Kalau dari orang lainn, bolehlah aku menyangsikannya. Mungkin itu adalah berita bohong untuk mengecohku. Tapi ini dari mulutnya sendiri. Dari tangannya sendiri. Sial, aku harus mempercayainya. Mau tak mau. Sekali lagi, SIAL!!!

Padahal aku telah merancang angan-angan juga untuk melemparkan kata-kata di depan mukanya betapa aku menyukainya. Betapa aku ingin, seperti seorang anak kecil, dipeluk dan memeluknya karena itu membuat aku berarti. Tapi sepertinya kata-kata itu harus kembali kusimpan di botol kopiku. Sampai waktu yang entah. Tak tertentukan.

Yea, yea... Selamat jalanlah, itu mungkin yang bisa kuucapkan saat itu. Sebenarnya aku ingin mengatakan lebih daripada itu. Tapi entah mengapa, kata-kata yang lain itu tercekat di tenggorokkan. Seperti ejakulasi yang tertunda. Seperti waktu-waktu selama ini yang selalu saja gagal kukatakan kepadanya. Kata-kata itu kembali lesi di dadaku. Entah sampai kapan. Mungkin akan kucampur saja nanti dalam segelas kopi, biar dia jadi racun kembali di otakku yang insomnia ini.


/jatinangor, (tanggal berapa ini, aku lupa, karena aku memang tak ingin peduli)


(ditulis dalam suasana hati yang lagi kacaw dan suasana perut yang keroncongan)

Wednesday, July 07, 2004

[lirik lagu] Temple of Life -- Avril Lavigne

Temple of Life
Avril Lavigne


We sat by the fire
United in song
Under the moonlight
All night long
We sang 'Hallelujah'
For the joy of it all
And out on the water
A caroling moon
Sings just a sweet Heavenly tune
There's peace in God's forest
The temple of life

[CHORUS]
Hallelujah Hallelujah
We looked to the sky
Deep into heaven's eyes
Hallelujah And back in the city
I'm losing control
I need a place
To ease my soul
There's peace in God's temple
The temple of life

[CHORUS]
Hallelujah Hallelujah
We looked to the sky
Deep into heaven's eyes
Hallelujah Hallelujah Hallelujah
We looked to the sky
Deep into heaven's eyes
Hallelujah Hallelujah Hallelujah
We looked to the sky Deep into heaven's eyes
Hallelujah
Thank you Jesus
We praise Your name
Thank you Lord Hallelujah

[CHORUS (to fade)]

Sunday, July 04, 2004

cinta yang memusingkan

Pernahkah kau merasakan cinta? Cinta yang benar-benar membuatmu jumpalitan dan sakit rindu yang berkepanjangan? Cinta yang membuatmu belajar menggambar dalam otakmu, tentang satu malam yang syahdu, tentang sepasang manusia yang berdekapan erat di bawah bulan yang malu-malu dan langit yang biru, seolah-olah mereka adalah satu padahal dua, dan tak hendak lepas satu sama lain? Lalu kau susun skenario dalam gambarmu itu sebuah kisah roman, walau mungkin agak sedikit picisan, tentang bagaimana kedua mahluk itu menatap jauh menusuk kaki langit seolah mereka adalah sebuah rangkaian kereta api yang menuju stasiun terakhir di ujung sana. Dan mereka adalah kereta yang terakhir. Dan oleh sebab itu, mereka ingin selalu berpegangan hingga perhentian terakhir, sebab sesungguhnya perhentian itu semakin dekat dan kian dekat. Seolah-olah satu detik di ujung hidung mereka adalah detik terakhir mereka.

Pernahkah kau merasakan cinta yang bahkan kau sendiri tak tahu jawaban dari pertanyaan "mengapa kau mencintainya?" Bahwa kau mencintai memang karena mencintai, tanpa alasan seperti yang dunia kemukakan? Bahwa dunia kelak akan mempertololkan dirimu, kau bahkan tak peduli.

Pernahkah kau rasakan saat-saat ketika kau hendak menjadi sayap yang akan membawa kekasihmu terbang melintasi maut dibawah dan mempersetankan dunia? Dan sayap itu juga kau gunakan untuk memeluk kekasihmu menjauhi dingin dan kekalutan, walau kau pun sebenarnya sedang merasa dingin dan kalut? Asalkan kekasihmu tak ditampar-tampar badai, kau rela tubuh telanjangmu dikoyak petir.

Pernahkah? Pernahkah? Pernahkah?

Semuanya mungkin terlalu picisan bagimu. Kadang aku pun berpikir demikian...

Tapi kadang dalam kepicisan, kita temukan sesuatu yang mulia, suatu yang berharga. Seperti betapa berharganya babi panggang buat seorang Obelix.

Apa yang hendak kumaksudkan dalam tulisan ini? Hmm ... entahlah ... aku pun tak mengerti.

Aku cuma lagi sedikit puyeng. Itu aja. Karena aku sedang jatuh cinta. Begitulah setidak-tidaknya kupikir.

[lirik lagu] MY HAPPY ENDING - Avril Lavigne

MY HAPPY ENDING
Avril Lavigne


Let's talk this over
It's not like we're dead
Was it something I did?
Was it something you said?

Don't leave hangin'
in a city so dead
Held up so high
On such a breakable thread

Pre Chorus
You were all the things I thought I knew
And I thought we could be

Chorus
You were everything, everything
That I wanted
We were want to be, supposed to be
but we lost it
All of our memories so close to me
Just fade away
All this time you were pretending
So much for my happy ending
So much for my happy ending

You've got your dumb friends
I know what they say
They tell you I'm difficult
But so are they
But they don't know me
Do they even know you?
All the things you hide from me
All the sh** that you do

Pre Chorus
Chorus


It's nice to know that you were there
Thanks for acting like you care
and making me feel like I was the only one
It's nice to know we had it all
Thanks for watching as I fall
and letting me know we were done

Chorus (2x)

So much for my happy ending
So much for my happy ending

avril lavigne o yea .. yea ...

satu
Rumput membusuk ditikam bulan
Hati gaduh cari Tuhan
Semayamku basi oleh mani sendiri yang tertelan

dua
daun hilang semangat dalam catuas
mimpiku sampai ke dunia batas
kangguru, aborigin, blues o yea yea ... retas!!!

tiga
lewat jendela yang terkuak sejenak kulihat langit sejenak. ada bulan, bintang dan sedikit biru. seperti biru kamarku. aku rindu bibirku biru dipagut bibirmu. dan aku sempat nakal hendak mengkudeta bulan, dan bintang dan langit dan aku jadi yang tersalib di atas sana. memandangmu. meraba bintang di keningmu.
(kapan kau pulang?)


-selagi bercengkerama dengan avril lavigne di layar kaca-
/jatinangor, 4 juli 2004