Sunday, June 22, 2003

HUMOR



TARIF

Seorang tamu bertanya kepada resepsionis sebuah hotel tentang tarif kamar-kamarnya.

Resepsionis: "Ada kamar yang jendelanya menghadap pemandangan lapangan golf dan pemandangan laut di kejauhan. Ini tarif yg paling mahal. Tiga juta rupiah per malam!"

Tamu: "Berapa tarifnya, kalau saya berjanji untuk sama sekali tidak melihat ke luar jendela itu?"



TIDAK

Bambang, seorang karyawan baru suatu perusahaan, mendapat berita bahwa ada panggilan telepon untuknya. Ternyata Pak Bekti, pimpinan perusahaan tempat ia bekerja ingin berbicara padanya.

"Ya, Pak John," kata Antoni dengan hormat dan sopannya, "Ya, Pak John... Ya, tentu saja, Pak John, ya ... ya ... ya, pasti Pak. Ya ... ya ... ya. TIDAK, Pak John!"

Sinta, sang sekretaris, yang mendengar seluruh percakapan itu, sangat terkejut, "Berani benar Anda mengatakan TIDAK padanya. Apa sih yang diminta Pak John?"

'Dia tidak minta apa-apa," jawab Antoni, "Dia hanya bertanya apakah saya tidak malu terus-menerus mengatakan 'YA'."



SURAT WASIAT

Seorang pasien kaya yang sedang menjalani perawatan, menyalami dokternya dengan penuh perasaan terima kasih, "Kamu begitu baik dan cermat merawat saya. Rasanya saya akan cepat sembuh. Dan karena kita adalah teman baik, saya tidak ingin menyinggung perasaanmu dengan membayar kamu. Sebagai gantinya saya akan mencantumkan juga nama kamu dalam surat wasiat saya."

"Anda sangat baik sekali mau mencantumkan nama saya dalam surat wasiat. Boleh tidak saya lihat lagi resep yang tadi saya berikan? Saya ingin melakukan sedikit perubahan..."



dimuat di majalah SeRu! No. 19/I/11-24 Juni 2003

sajaksajakbungacintabungatidur
: biar dunia mengerti bahwa aku cinta kamu setengah mati


[cinta sekedar]

layaknya bara terhadap api
dan hujan yang selalu ke bumi
atau embun yang merindu pagi
: cuma itulah cinta yang dapat kuberi
dari dalam hati



[detik terakhir]

bisa jadi ini detik terakhir
yang dapat kuraba
sebelum napas enggan berdiang lagi
di liang dada

oleh karna itu,
ijinkan aku mengecupmu
mumpung malam belum bertumbuh
menjadi subuh



[cinta di balik rumput]

krik..., krik..., krik...,
bunyi jangkrik berderik
di balik rumput yang basah oleh malam

psst...,
tolong jaga rahasia ini dalamdalam
di balik rumput sana ada cinta
yang disembunyikan malam
layaknya permata



[mengantar mimpi]

1/
bantal kaupeluk
teddybear kaukecup
(seonggok badut telentang di sudut ruang)

ah,
betapa cantiknya

2/
sesuai janjiku
aku akan mengunjungi mimpimu
dalam wajah sekeping kupu

atau
bagaimana bila aku serupa
pangeran kodok saja
bila aku tak sempat berganti jubah?



[mengirim cinta]

lebarlebar kubuka jendela
biar cinta dapat mengecup udara
lalu terbang menuju utara



[bila kau ingin menyendiri]

bilamemangkauinginsendiridulumakabiarkanlahakumenjadisepiyangmemagutmu



[cinta sepekat kopi]

coffee:
black as hell
strong as death
and sweet as love*


dan oleh sebab itu
bayangkanlah
bahwa malam ini
aku sedang memeluk cinta
sambil melumat roti moka
dan menyeruput kopi
sebelum menghantarmu memeluk mimpi

*ungkapan khas di kalangan penikmat kopi


jatinangor, 20 juni 2003, sambil dengerin kaset mocca, my diary

Thursday, June 12, 2003


betapa hidup ini menyenangkan
walau kadang pula meletihkan

lampulampu kota yang menerangi sepanjang jalan
seperti rembulan di mata lelaki yang kian letih ini

tak ada bunyi
tak ada senyap

hanya ketenangan abadi


jatinangor, 11 juni 2003

Wednesday, June 11, 2003



betapa sulitnya merangkai katakata....
betapa kita dapat terperosok jauh
walau hanya tergelincir karna satu aksara
betapa cinta dapat menjadi luka
dan wangi menjadi bacin

betapa sulitnya melentingkan kata
demi sekedar bercerita tentang rasa
betapa cinta dapat menjadi luka
dan wangi menjadi bacin

dan keharuman yang ada
hanyalah bau tanah pekuburan diwaktu senja


ps: untuk seseorang yang nun..., biar kau tahu bahwa apa yang kuucap adalah yang sebenarnya, bukan reka

Tuesday, June 10, 2003

selamat tidur


kukecup keningmu yang seluas surga
dan kutorehkan di sana cinta

mimpikan aku
mimpikan aku menjemputmu
dengan kereta kuda berbaju baja layaknya ksatria

bila tak mampu juga
mimpikan saja aku menggenggam tanganmu
saat kita berdua menikmati purnama
luruh bersama waktu


jatinangor, 10 juni 2003





sepotong sayap terluka


sepotong luka di sepotong sayap
karna onak yang merobek hingga tulang

sepotong luka sepotong perih
pada sayap yang terkulai letih

langit mengeja terik satu per satu
waktu berlari kencang tak pasti

ada nyanyian seorang tua di tepi sawah
alunan suling membawa duka

disepotong sayap
luka semakin bertumbuh
nada pak tua membuka perih
: kembali

jatinangor, 10 juni 2003

Thursday, June 05, 2003

sajak cinta


cintakah?
ya!

rindukah?
ya!

cemburukah?
tak!

tak?
ya!

ya?
tak!

tak?
tak....


jatinangor, 4 juni 2003

Monday, June 02, 2003

PERISTIWA PAGI TADI
cerpen Firdaus Siagian


Kubuka jendela untuk membiarkan udara pagi masuk menyegarkan ruanganku. Pukul setengah enam pagi. Langit mulai benderang.

Di seberang jalan, tepat di depan sebuah rumah, seekor anjing kampung yang lusuh tampak sedang bermalas-malasan. Saban malam ia selalu berjaga di sepanjang jalan depan rumahku dan kerap menyalaki setiap mahluk yang dia anggap asing, entahkah itu sesama anjing, kucing, tikus got, dan tentu saja maling. Dan wajarlah bila pagi hari ini ia boleh menikmati istirahatnya.

Anjing yang baik, anjing yang setia, pikirku saat aku menatap tubuhnya yang kurus menyedihkan itu. Lalu aku beranjak ke dapur untuk menyeduh kopi.

Tiba-tiba aku mendengar suara derit mobil dari arah jalan depan rumahku itu, diikuti suara kaing yang melengking dan bunyi tumburan yang sangat keras. Sambil membawa cangkir, aku berlari ke teras untuk melihat apa yang terjadi.

Seketika itu juga mataku menangkap semua hal yang ada di depanku. Sebuah jalan yang lengang di pagi hari, sebuah mobil putih yang ringsek bagian kap-nya karena menabrak tembok yang terbuat dari batu kali, seekor anjing kumal yang mengerjap-ngerjap dengan tubuh berlumuran darah sementara seluruh isi perutnya berhamburan, dan seorang lelaki--tetangga sebelah rumahku yang dikenal sebagai pemabuk--yang sedang memaki-maki sambil menendang tubuh anjing sekarat itu.

"Goblok! Keparat! Gara-gara kau tidur sembarangan, mobilku hancur! Dasar anjing tolol! Cihh!

Aku melongong, sambil menyeruput kopiku, melihat kejadian di depanku. Sejenak kutatap langit. Cerah. Biru. Tak berawan.

Dari kejauhan terdengar suara ayam jantan berkokok. Kencang dan nyaring.


Jatinangor, 1 Juni 2003