Thursday, January 29, 2004

Puisi Di Ujung Bantal


1.

selalu ada tanda tanya berputar putar di ujung kepala
lalu turun menjulur julur di ujung hidung
keluar masuk

seperti ingus

itu memang ingus, katamu.


2.

menulis puisi di ujung bantal
yang masih berbau tubuhmu
bau yang kautinggal lima tahun lalu
waktu kau memperkosaku
dengan mengulum kelaminku

halo, halo
aku di sini merindumu
kaukah di sana merinduku?

ujung telepon hanya mematung

angin telah mati?
kurasa bantalku pun telah mati.


3.

aku merindumu seperti kelamin rindu liur

ih jorok, katamu
kelaminmu penuh nanah

otakku lebih bernanah
kataku.


jatinangor, 29 januari 2004

Thursday, January 22, 2004

Gong Xi Fa Chai, Sayang...


PabrikRoti, Imlek 2555


Gong Xi Fa Chai, Sayang...

Menulis kata Gong Xi Fa Chai, aku jadi teringat San Chai, perempuan di filem Meteor Garden yang telah kaw tonton sebelas kali itu. Dia cantik sekali. Kaw sependapat kan denganku? Dengan tatoo eksotis di tengkuknya, apalagi ditambah kalo dia memakai baju yukensi... ahhhh... so sexy kali pun dia, bahhh!!!

Maaf, Sayang. Aku ngga bermaksud memujinya di hadapanmu. Dibandingkan dirimu, kalian bukanlah seperti langit dan bumi, melainkan seperti Matahari dan Pluto... alias jauh sekali... Muka San Chai bisa diibaratkan tembok Istana Merdeka: putih dan mulus. Sedangkan kaw seperti langit malam yang bertabur penuh bintang. Tak percaya? Coba saja kaw berkaca dan lihatlah wajahmu yang lebar dan penuh jerawat itu, Sayang...

Ngomongin yukensi, aku jadi ingat satu peristiwa saat kaw merentang tangan hendak memelukku dalam balutan baju yukensi. Kuakui, Sayang, rambut ketiakmu yang lembut-lembut itu membuatku semaput mencintaimu.

Benar, aku kepayang padamu. Walaw kaw bukanlah yang tercantik di dunia--bahkan tidak juga di seantero kompleks rumahmu--tapi bagiku kaw adalah yang tercantik dan terseksi di hatiku. Dan rasanya berjauhan denganmu adalah seperti surga yang beku. Kaw kan tahu kalaw aku lebih menyukai neraka yang penuh cinta dibanding surga yang sepi suntuk...

Tapi Imlek ini aku tak bisa kumpul bersamamu, Sayang. Padahal aku ingin sekali menikmati dodol keranjang bersamamu dan melihat tawamu yang memamerkan dodol nyangkut di sela-sela gigimu yang gingsul tak teratur. Aku kangen masakan ibumu dan obrolan politik bapakmu. Ingin sekali rasanya aku terbang sekarang ke rumahmu. Tapi aku tak punya sayap. Tuhan tak pernah mau memberiku sayap. Dia cuma memberiku burung pemalu tanpa sayap.

Tapi walopun aku tak ada, jangan pernah kaw berani-beraninya bermain selingkuh dengan tetanggamu yang sok gawul ataw dengan teman kantormu yang buncit itu, Sayang. Berjanjilah untuk tetap setia. Dan aku akan datang kepadamu dengan sebuntal cinta yang akan segera kudaratkan di jidat jenongmu sebagai bukti betapa berapi-apinya keinginanku untuk bertemu denganmu.

O ya, jangan lupa untuk sisakan barang 4-5 dodol keranjang untukku ya, Sayang. Tolong simpan itu baik baik. Jangan sampai ketahuan ibumu, apalagi oleh bapak dan saudara-saudara laki lakimu yang tak pernah tega melihat makanan menganggur. Bisa berabe nanti... Aku pasti takkan pernah dapat bagian ... bahkan bungkusnya sekalipun ... Bahkan kalo kaw mau, langsung kirimkan saja ke alamatku di sini. Okeh, Say?

Ah, surat takkan pernah bisa cukup untuk menuliskan perasaanku padamu. Pokoknya inti surat ini adalah aku cuman pingin mengucapkan Gong Xi Fa Chai plus minta sisakan dodol keranjang untukku. Itu saja.

Gong Xi Fa Chai
...aku mencintaimu...


Wednesday, January 21, 2004

Kepadamu
: y.m.



kepadamu
seorang lelaki selalu ingin kembali
--dalam pelukmu--
--dalam senyummu--
--dalam hangatmu--
--dalam matamu--
--dalam jiwamu--

kepadamu
seorang lelaki telah berletih letih
mengayuh kesunyiannya yang pedih
berlari menenteng gelisahnya sendiri
memerangi ketakutannya kehilanganmu

kaudengarkah suaranya?
nyanyiannya yang merintihkan namamu
dibalik juntai hitam malam
dimainkannya lagu kesepian
lalu dititipkannya pada bopeng bopeng bulan
biar bisa dipancarkan langsung ke kamarmu

--kau dengarkah suaranya?

kepadamulah
seorang lelaki selalu hendak berpulang
rindu menggenggam janji itu bersamamu
kembali


/jatinangor, 20 januari 2004

Monday, January 12, 2004

UNDER THE BANYAN TREE



Seorang pendongeng tua bernama Nambi tinggal di kuil di ujung sebuah desa yang terpencil. Setiap kali mempunyai dongeng, maka Nambi akan menyalakan sebuah lampu kecil dari kuil yang dapat dilihat oleh penduduk desa pada malam hari. Melihat lampu itu, maka seluruh penduduk desa akan bergegas berkumpul di bawah pohon banyan di depan kuil tempat si tua Nambi biasa bercerita.

Suatu senja Nambi menyalakan lampu dari kuil tanda dia mempunyai suatu cerita yang hendak didongengkan. Maka berduyun-duyunlah penduduk desa menghampiri pohon banyan tersebut. Tapi apa yang terjadi? Ketika hendak mulai berkisah, tiba-tiba Nambi kehilangan kata-kata. Seluruh penduduk bingung melihat sang pendongeng tak juga mulai bercerita. Menunggu dan menunggu, akhirnya mereka merasa jenuh dan pergi satu per satu meninggalkan si tua Nambi.

Sejak saat itu, Nambi mulai sulit berdongeng. Setiap kali dia mempunyai ide, dia langsung memanggil seluruh penduduk. Namun setelah penduduk berkumpul di dekatnya, ia langsung kehilangan ide tersebut. Hal ini membuat Nambi frustrasi.

Mula-mula ia mengira ini disebabkan karena usianya yang semakin menua. Lama kelamaan, ia menyadari bahwa semua itu karena ia sealu dihantui oleh perasaan takut gagal.

Akhirnya Nambi berkeputusan untuk tidak berbicara sepatah katapun selama sisa hidupnya.

Cerita di atas, yang dikutip dari Under The Banyan Tree karangan R.K. Narayan, mengingatkan betapa perasaan takut gagal dapat melumpuhkan manusia dengan segala kemampuannya dan akhirnya menjadikan kita mahluk yang pasif. Manusia menjadi takut bertindak melakukan sesuatu dan akhirnya berhenti mengembangkan diri sendirinya. Tragis!

Aku teringat Walt Disney. Dia adalah contoh yang seharusnya berhak untuk merasa takut gagal pada jamannya. Mimpinya untuk menciptakan film animasi berwarna dan bersuara plus membangun sebuah dunia bermain sesuai khayalan anak-anak banyak dicemooh dan dicibir orang. Ia bahkan sepatutnya merasa telah gagal karena banyak pihak yang tak mendukungnya.

Tapi Disney cuek aja. Dia mengabaikan segala sesuatu yang berpotensi menjadi hantu-takut-gagal pada dirinya. Dan pada akhirnya, kita tahu, bahwa impiannya menjadi kenyataan. Dia berhasil meraup untung dari film animasinya, dan Mickey Mouse menjadi pelopor film kartun buat generasi selanjutnya. Dia pun berhasil membangun Disneyland yang menjadi inspirasi pembangunan dunia-dunia fantasi sejenis, seperti misalnya Dufan di Jakarta.

Perasaan takut gagal adalah pembunuh berbahaya walau kelihatannya sepele. Ia mampu menghentikan langkah orang-orang jenius untuk mengemukan pikirannya yang brillian. Padahal belum tentu mereka gagal. Bisa saja mereka justru menjadi begitu sangat berhasil. Perasaan takut gagal bagiku adalah semacam mesin aborsi bagi kelahiran ide-ide yang cemerlang. Dia lebih mematikan daripada kegagalan itu sendiri.