Friday, February 27, 2004

Sajak Terakhir



Bila aku mati nanti
jangan pernah kau menangis

jangan juga kau tulis kata di nisanku
seolah aku pasti masuk surga

tulis saja dengan spidol warna biru
: aku mencintaimu

cukup


/jatinangor 27 februari 2003

Wednesday, February 25, 2004

Di Toko Buku



aku ada di toko buku. depan rak buku. membaca buku.
di sampingku seorang perempuan. berdiri di depan rak buku. membaca buku. juga.

kami termasyuk. khusyuk membaca buku. tenggelam dalam halaman buku. tenggelam. sehingga kami harus. saling berpegang tangan. biar tak hilang.

berpegang tangan. buku buku jari bertemu buku buku jari di atas kuku. berpegang tangan. saling menggenggam. supaya tak hilang. lalu kami berpelukan. lalu kami bercinta. tanpa kata. hanya dengan buku. hingga kami.... bukkk!!! sebuah buku jatuh.

kami berdua menjauh. dari rak buku. dari buku yang jatuh. dari buku buku lainnya. dari buku buku yang termangu. di rak buku. dalam toko buku. itu. termangu. sendu. kami lalu berlalu. berlalu. saling menjauh. menjauh. dari buku buku.

/BIP, 25 februari 2003

Thursday, February 19, 2004

Pohon Kamboja

Demikianlah. Setiap menjelang sore, Perempuan itu selalu menatap pohon kamboja itu, lalu berjalan ke arahnya, dan lalu duduk di bawahnya. Menanti. Sambil menatap ke arah jalan kecil di depan rumah mereka yang lengang, bertanah dan berbatu-batu. Setiap senja, hingga turun gelap, Perempuan itu selalu duduk di situ menunggu kekasihnya pulang dari medang perang. Di benaknya sering terbayang, ia menyambut pulang sang kekasih hati yang menenteng senapan mesin dengan sehelai selendang kuning yang akan diselempangkannya di leher sang kekasihnya yang tegak seperti menara jaga itu. Demikianlah Perempuan itu selalu mengandai-andai.

Sebulan, dua bukan, tiga bulan, sang kekasih belum pulang juga. Dia khawatir. Dan jenuh. Dia takut sang kekasih lupa pulang, padahal sebelum keberangkatannya ke medan perang, Lelaki itu telah menanam seekor sperma di dalam rahimnya. Kini perut Perempuan itu agak sedikit buncit. Ia malu kalau penduduk desa itu tahu kalau dia hamil di luar nikah. Dia juga jenuh. Menanti, menanti dan menanti di bawah pohon kamboja yang tiap hari selalu saja menjatuhkan bunga-bunganya yang matang, layu atau mati. Demikianlah. Matanya pun selalu menatap jalanan yang lengang dan bertanah dan berbatu-batu. Sepi.

Pada bulan kelima, datang surat pertama berkop-surat kesatuan kekasihnya untuk si Perempuan itu. Ia gembira. "Kekasihku mengirim surat, seperti di cerita-cerita roman tentang cinta klasik," katanya dalam hati. Dibukanya perlahan-lahan, kemudian dibacanya perlahan-lahan, lalu jatuh air mata perlahan-lahan. Syrat itu bukan dari kekasihnya. Surat itu datang dari Sang Komandan kekasihnya yang hanya memberitahu bahwa Lelaki itu telah gugur saat bertugas. Airmatanya semakin jatuh tak lagi perlahan-lahan. "Kekasihku seorang pahlawan," gumam Perempuan itu dalam hati, sedih, miris, bercampur bangga.


**********


Di sebuah kamp di daerah yang terpencil di tengah hutan yang tak tertera di peta, sekelompok tentara sedang sibuk menggali tanah untuk mengubur salah seorang kawan mereka. Sang almarhum mati tercebur dalam belanga raksasa gara-gara ketiduran saat bertugas memasak makanan bagi seluruh kesatuan itu. Komandan menyuruh segera menguburkan mayat Lelaki itu biar tak jadi bangkai yang mengganggu. Lagipula ia enggan mengirim mayat anak buahnya itu kembali ke kampung halamannya hanya karena luka yang ada pada tubuh si Lelaki itu bukanlah luka tembak atau luka ledakan, cuma luka melepuh di sekujur tubuh.


/jatinangor, post-Valentine 2004

Met Palentin...

Selamat Valentine, Sayang..,

Maaf kalaw pada Valentine ini aku ngga bisa menjumpaimu. Aku masih seorang gembel di sini. Oleh karna itu aku masih malu untuk datang ke rumahmu dan bertemu ibu bapakmu itu.

Maaf juga kalaw aku ngga mau mengirimimu cokelat. Segigit coklat dapat membuat mukamu subur jerawat dan badanmu melar seperti pesawat Boeing TujuhTigaTujuh. Tapi itu bukan masalah bagiku, ...semelar apapun, kaw tetap kusebut seksi, tapi.... kentutmu itu lho... baunya so annoying sekali...!!

Maaf juga kalaw aku ngga bisa membelikanmu hadiah apapun. Aku belum dapat honor, Sayang. Padahal kemaren aku lihat boneka monyet yang lucu yang semirip mukaku di sebuah swalayan (niatku semula, kubelikan boneka itu supaya kaw tak sampai lupa wajahku...), tapi ternyata di dompet cuman ada selembar 4 ribuan kembalian naik angkot. Pingin rasanya menilep boneka itu, masuk jaketku dan .. happp ... lalu kubungkus di rumah, tapi di situ berdiri mbak penjaga konter bermata lucu dan tersenyum manis kepadaku. Aku jadi ngga tega harus menilep boneka itu untukmu, tetapi gaji mahluk manis itu disunat habis²an oleh bossnya.

Tapi aku janji, kalaw malam Valentine nanti aku akan menitipkan kecupan kepada angin buat disiarkan langsung oleh bulan, satelit kita yang setia itu, lalu jatuh di jidat lebarmu yang bikin aku ngga bosen² mencintaimu. Kalaw sudah nyampai, tolong kasih tau aku segera. Okehhh??!!

Aku mencintaimu.

Sunday, February 08, 2004

Antara Burung Orang Amrik dan Burung Orang Indonesia

Antara Burung Orang Amrik dan Burung Orang Indonesia


Kemarin gue baru aja sadar, ternyata antara burungnya orang Amrik dan burungnya orang Indonesia itu hampir sama. Jangan mikir yang nggak-nggak dulu, OK? Yang gue maksud tentu burung yang dijadiin lambang negara itu dong ah. Keduanya sama-sama rajawali. Cuman yang satu item, yang satunya lagi kuning. Dua-duanya juga sama-sama ngerentangin sayap. Sama-sama bawa banner alias pita iklan. Sama-sama bunyinya: berbeda-beda tapi tetep satu.

Tapi ternyata ada juga bedanya. Kalo burungnya orang Indonesia cuman bawa banner di kaki. Sementara burungnya orang Amrik bawa banner di mulut. MUngkin bisa dimengerti karna di kakinya udah ada daun-daunan ama panah. Itu saja?

Dari iseng-iseng ngeliat lambang negara macam gitu, gue juga iseng-iseng berpikiran ternyata orang Indonesia lebih beradab dibanding orang sono. Kebayang nggak sih, ama lambang negara yang cuman gambar burung aja, mereka udah ngejejalin begitu macam banyak beban. Di kakinyalah, di mulutnyalah, disuruh ngerentangin tangan pula, dan di suruh memalingkan muka, kayak anak SD lagi disetrap. Sementara, burungnya orang Indonesia lebih sedikit barang bawaannya dibandingin burungnya orang Amrik. So, siapa yang lebih beradab? Mereka terlalu memaksakan idealismenya sendiri, bahkan atas nama persatuan, demokrasi dan semacamnya, tapi ternyata, ama burungnya sendiri aja kejamnya minta ampun.

Orang Indonesia emang lebih baik dari orang Amrik. Begitu kan? Nggak juga ah. Toh, burungnya orang kita juga seperti posisi anak SD disetrap, kok. Dan mungkin karna mulutnya yang ngga bawa beban apa-apa itu juga yang bikin pemimpin bangsa kita lebih banyak debat kusir daripada mikirin rakyat. Begitukah? Bisa jadi.

Anyway, ini cuman tulisan iseng dari pikiran iseng doang. Jangan terlalu diambil hati. Hati itu pait, lebih baik makan paha bagian atas aja (itu juga kalo bebas dari avian-influenza, hehehe....). Tapi nggak ada salahnya juga kok kalo ente-ente semua mau mikirin lebih serius lagih...

Melancholy of Blue Chamber

The sound of a distant bell
a dog hears it ting-a-ling-a-ling
The moon silents, raped by the dark

*

Houses left empty
while the torch of the sun burns them down
What would it be left
if the silence still remains
on the bricks like parasites?

*

Frogs are croaking in the ditch
clock tickticks around the empty room

i remember, someone has whispered the words into my ears
i wanna have a plenty life and die young at twentyfive
sounds good, doesn't it?
what do tyou think?


good night,
i'm so tired
and want to see you in dream,
i said.

/jatinangor, 7 februari 2004

Lima Haiku Kamar Biru

musim gugur
pohon ditinggal daun
keterasingan


kodok terjerat
di parit berlumpur coklat
kuong... kuong... tersesat


bulan bulat
disetubuhi awan pucat
jalan lengang


kamar biru
buku, debu, satu
pria di sudut: aku!


tak...tik...tak...tik...tuk...
jam merayap terburu buru
sunyi di sini beku


/jatinangor, 7 februari 2004